Kita tahu dari Alkitab bahwa sebuah
pernikahan kristen bukanlah sekedar persatuan dari dua orang, tetapi dua
orang yang bersatu dalam Yesus Kristus. Dengan kata lain, Yesus adalah
kepala, Tuhan dan pemberi hidup untuk pernikahan tersebut. Pada waktu
pasangan pernikahan merangkul kebenaran Alkitab dengan menjadikan Yesus
sebagai Tuhan atas hubungan mereka, maka akan ada perubahan yang
berhubungan dengan Yesus sebagai pemimpin dalam pernikahan tersebut.
Di bawah ini adalah tiga
perubahan-perubahan dasar yang dapat terjadi jika Kristus bekerja dalam
sebuah pernikahan sebagaimana dikatakan melalui FirmanNya:
1. Dari ke-egoisan ke pelayanan
Sebuah dosa pasti berasal dari gudang
egois. Seringkali kita menempatkan Tuhan dan hal-hal lain hanya karena
kita suka. Semua itu sangat salah dan mengacaukan. Dalam hal ini tidak
ada yang lebih menyakitkan jika ini terjadi dalam sebuah pasangan rumah
tangga. Akan tetapi ketika kebenaran Tuhan datang dan dipraktikkan dalam
rumah tangga maka terjadilah perubahan.
Sebagai contoh: Istri yang tadinya
sangat mengganggu dan cerewet akan menjadi sabar dan baik kepada
suaminya karena Yesus juga sabar dan baik kepada sang istri. Suami yang
tadinya egois akan menemukan sukacita waktu mempelajari
kesukaan-kesukaan sang istri dari pada membicarakan soal binatang
kesayangannya. Ini karena sang suami menyadaribahwa istrinya diciptakan
oleh Tuhan dan untuk kemuliaan Tuhan, juga kebenaran Firman Tuhan secara
terus menerus memancar dari istrinya. Hal demikian adalah sangat
menarik dan merangsang pertumbuhan rohani sebuah rumah tangga. Firman
Tuhan datang ke dalam sebuah rumah tangga dan dapat membuat hati
suami-istri berbalik dan menjauhi keegoisan dan mengutamakan pelayanan.
2. Dari Kemalasan keberpartisipasi
Kalau Anda berpikir kemalasan bukanlah
masalah di Indonesia, pikirkanlah kenyataan bahwa orang lebih memilih
kursi malas dari pada kursi ortopedik, dan penjualannya lebih bertambah
dari tahun ke tahun. Kemalasan, sama seperti keegoisan mengarah kepada
kenyamanan diri sendiri. Kita mengingini kenyamanan dan menolak untuk
melakukan hal-hal yang sulit karena kesulitan sangat mengurangi
kenyamanan.
Kemalasan adalah sebuah pemilikiran yang
memelihara dan mempromosikan sifat-sifat yang mengutamakan kenyamanan
diri sendiri dan kemalasan juga banyak membohongi diri-sendiri. Kita tau
bahwa pasti ada masalah dalam sebuah pernikahan tetapi kita juga tau
bahwa perlu ada perubahan yang tidak mudah untuk mengatasi masalah rumah
tangga. Jadi apa yang terjadi? Kemalasan akan berkata “Oh, mari kita
bicarakan lain kali saja” atau “Ok, itu tidak apa-apa, itu akan
baik-baik saja”. Dan ini sama sekali bukan yang Yesus harapkan dari
pasangan rumah tangga yang sedang menjalani perubahan untuk
menyelesaikan masalah rumah tangga.
Pada waktu Firman Tuhan berbicara dalam rumah tangga kita, kita seharusnya lebih terlibat dalam penyelesaian masalah rumah tangga atau pernikahan kita. Kita sudah tidak lagi pasif dan mengumpulkan semua jenis kesenangan dan kenyamanan dan menganggap masalah rumah tangga adalah hal yang biasa-biasa saja. Akan tetapi, kita harus menjadi apa yang Yesus perintahkan: lebih berpartisipasi dan menjadi seperti Yesus yang artinya meletakan dan menjauhkan segala macam dosa termasuk kemalasan.
3. Dari Kemunafikan ke kerendahan hati
Kemunafikan adalah cara berpikir iblis
yang paling disukai manusia. Di mana keegoisan sangat menyukai hal-hal
yang berhubungan dengan kenikmatan diri sendiri, kemunafikan sangat
menyukai hal-hal yang menyombongkan diri sendiri. Pada intinya,
kemunafikan sangat bertentangan dengan ajaran Alkitab. Alkitab
mengajarkan bahwa pusat kebutuhan dan perhatian kita adalah Kebenaran
Pengajaran Yesus Kristus. Kemunafikan dalam sebuah pernikahan biasanya
tidak terlalu terlihat nyata dibandingkan dengan kerendahan hati yang
biasanya sangat kelihatan seperti luapan emosi. Dalam pertengkaran,
seorang istri mungkin mengemukakan suatu masalah tentang dirinya yang
tidak disukai suaminya.
Jika suaminya seorang yang munafik,
mungkin ia akan membawa hal ini sebagai suatu pendukung positif dengan
bukti nyata akan ketidaksukaannya terhadap tingkah laku istrinya. Jika
ini berlanjut lebih kacau dan sampai ke pengadilian, pengacara sang
suami mungkin akan menekankan peristiwa ini sebagai bukti bahwa sang
suami tidak bersalah dan menuntut sang istri untuk membayar semua
kerugian baik uang maupun nama baik. Kemunafikan dalam sebuah pernikahan
selalu bersifat melindungi diri karena kita selalu merasa bahwa kita
sedang diawasi orang lain. Ini sangat bertentangan dengan Firman Tuhan
yang mengajarkan bahwa kita akan selalu mendapat serangan, kritik dan
penghakiman yang tidak adil dari dunia ini.
Salib Kristus adalah bukti nyata bahwa
kita orang bersalah dan berdosa. Tetapi keindahan injil keselamatan
adalah bahwa kita jelas seorang pendosa yang juga tanpa kondisi sedang
dikasihi sang pencipta. Ini seharusnya membuat kita merendahkan hati dan
selalu bersyukur. Jika Firman Tuhan hadir ditengah sebuah pernikahan,
kita akan lebih cepat diam dan meredam rasa emosi dan lebih mengandalkan
kebenaran Firman Tuhan. Ini hanya bisa terjadi jika kerendahan hati
kita bertumbuh terus untuk membuat kita menjadi seperti Kristus. Jika
Firman Tuhan hadir dalam sebuah pernikahan, pasti akan ada perubahan
aturan, nada/suara, hati, dan tingkah laku. Pernikahan itu sendiri akan
mengikuti contoh sifat-sifat pemimpinnya, yaitu Kristus. Tidak mungkin
ada pimpinan yang lebih baik atau perubahan yang lebih baik dari pada
pimpinan Firman Tuhan dalam pernikahan kita