Mendengar kata ibadah, kebanyakan orang
menghubungkannya dengan ritual formal yang kaku, membosankan, dan tidak
menarik. Karena itu, banyak keluarga yang sekalipun menyebut dirinya
keluarga Kristen, jarang atau bahkan tidak pernah melakukan ibadah
persekutuan dalam keluarganya sendiri. Padahal ibadah keluarga dapat
menjadi saat-saat yang menyenangkan dan paling dinantikan oleh anak-anak
kita.
Keluarga adalah sesuatu yang berharga
bagi Allah. Absennya ibadah keluarga menyebabkan lemahnya keluarga
menghadapi serangan terhadap moral dan spiritual keluarga. Anggota
keluarga terpecah-belah karena tidak ada kasih Tuhan yang mengikat
mereka. Keluarga yang tidak menyelenggarakan ibadah juga rentan terhadap
pengaruh dunia yang menggerogoti kehidupan rohani. Sebaliknya,
terpeliharanya ibadah keluarga menyebabkan tidak terputusnya generasi
yang beriman dan mengasihi Tuhan.
Pentingkah Ibadah Keluarga?
Berdasarkan penelitian dikalangan
keluarga Kristen menunjukkan bahwa kebiasaan melakukan ibadah keluarga
membawa dampak positif yang besar dalam kehidupan keluarga Kristen.
Seperti yang dikatakan pemazmur, “Titah Tuhan itu tepat, menyukakan hati; perintah Tuhan itu murni, membuat mata bercahaya. Takut
akan Tuhan itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum Tuhan itu
benar, adil semuanya, lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada
banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu
tetesan dari sarang lebah.” (Mazmur 19:8-10).
Apa pentingnya ibadah keluarga?
Pertama, ibadah keluarga membuat hidup kita diarahkan kepada Tuhan.
Setiap hari, keluarga kita mempunyai waktu khusus buat Tuhan. Dengan
demikian hidup kita relatif terlindung dari dosa dan perpecahan
keluarga.
Kedua, ibadah keluarga membuat anggota keluarga diikat satu sama lain dalam kasih Kristus.
Bila ada perselisihan, ibadah keluarga mempercepat pemulihan suasana
harmonis dalam rumah tangga. Dorongan untuk beribadah membuat
masing-masing anggota keluarga merasa ‘sungkan’ sehingga berpotensi
mengurangi ketegangan. Tentu tidak enak rasanya menghadap Tuhan dalam
keadaan yang kurang baik dan dengan masih menyimpan kebencian.
Dalam keluarga yang bermasalah
sekalipun, misalnya ketika salah satu orangtua absen dan bermasalah,
adanya ibadah keluarga yang rutin diadakan memberi kekuatan ekstra untuk
menghadapi masalah demi masalah. Ada kalanya Tuhan mengadakan pemulihan
buat keluarga bermasalah ketika anggota keluarga saling mendoakan satu
sama lain.
Ketiga, ibadah keluarga membuat anggota keluarga bertumbuh secara rohani.
Anak-anak akan mempunyai kenangan indah bagaimana mereka dibimbing oleh
orangtua mereka dalam hal iman dan Firman Tuhan. Anak yang terbiasa
membaca Firman Tuhan akan lebih mudah mengembangkan kepekaan akan
hal-hal rohanidan karena itu perilaku mereka pun lebih terkontrol.
Sebaliknya, acapkali orangtua pun diingatkan secara tidak langsung akan
perilaku mereka yang tidak sesuai dengan apa yang mereka ajarkan. Dengan
demikian orangtua pun lebih waspada akan tingkah lakunya sendiri.
Keempat, anak-anak dalam keluarga yang secara rutin menerapkan ibadah keluarga akan lebih mudah diajar dan lebih peka terhadap kebenaran.
Mereka secara kritis akan bertanya mengenai arti rohani dari
pengalaman-pengalaman mereka. Dampaknya, kita pun memiliki lebih banyak
kesempatan untuk menjelaskan kebenaran dan memahami apa yang mereka
pikirkan.
Kelima, persekutuan keluarga membuat seluruh anggota keluarga lebih kuat untuk menghadapi tekanan hidup.
Ini dapat terjadi karena ketika kita bersekutu bersama, setia anggota
keluarga memiliki kesempatan untuk saling memperhatikan dan saling
mendukung. Banyak kebutuhan emosi maupun rohani dapat memperoleh
pemenuhan ketika kita berkesempatan berkumpul, sehingga ketika krisis
melanda, anggota keluarga memiliki kekuatan untuk bertahan.
Mengapa Banyak Keluarga Kristen Mengabaikannya?
Pertama, ibadah
keluarga menuntut kerja keras dari orangtua, dalam hal ini untuk
mempersiapkan diri dengan lebih banyak belajar Firman Tuhan.
Ketika ibadah dilangsungkan, kita tentu
perlu membimbing anak-anak kita untuk bertumbuh dalam iman. Bila kita
tidak menyiapkan diri dengan baik, kita menjadi gamang ketika berhadapan
dengan anak-anak yang ingin melihat contoh nyata bagaimana hidup dalam
Firman Tuhan. Sebagai manusia berdosa yang sering berperang melawan
kedagingannya sendiri, kita perlu mengingatkan diri kita agar tidak
lengah dan malas dalam bersaat teduh dan membaca Alkitab.
Kedua, sering kali ibadah keluarga terabaikan karena adanya prioritas lain yang lebih utama di mata orangtua.
Kesibukan mengejar karir dan popularitas
di masyarakan acapkali mempersulit orangtua menyelenggarakan ibadah
keluarga secara rutin. Kurangnya waktu kebersamaan dalam keluarga modern
karena orangtua sibuk bekerja di luar rumah dan pulang malam hari dalam
keadaan letih.
Ketiga, ada cukup banyak orangtua berpandangan bahwa sekolah minggu telah mengajarkan segala sesuatu tentang Alkitab.
Guru sekolah minggu dianggap lebih kompeten dibanding orangtua. karena
itu, orangtua sudah cukup puas bila anaknya disertakan dalam kegiatan
sekolah minggu.
Sebetulnya anak-anak akan terbantu
secara meyakinkan bila mereka mmeperoleh pengajaran Alkitab di gereja
dan juga di rumah. Alasannya, pengenalan akan Tuhan bukan hanya terjadi
secara rasio belaka. Alkitab mengajarkan pula mengenai bagaimana harus
menjalani hidup ini dan anak perlu diajarkan untuk hidup dalam hikmat
Tuhan. Bandingkan berapa banyak waktu televisi dan orang tudak percaya
mempengaruhi mereka bila dibandingkan dengan jumlah waktu mereka
bersentuhan dengan Firman Tuhan. Selain itu, banyak kali anak-anak
memperoleh gambaran mengenai Allah melalui orangtuanya di bumi ini.
Persekutuan keluarga membantu mereka mengenal Allah lewat orangtua
mereka.
Keempat, kita tidak
mempunyai hubungan pernikahan yang baik dan karena itu kita enggan
berbicara dan bertegur sapa dengan pasangan atau anak-anak kita.
Keadaan demikian mempengaruhi suasana hati kita sehingga kita pun enggan
bersekutu, berdoa, dan membaca Alkitab. Bila pernikahan kita berada
pada kondisi demikian, kita wajib bekerja keras memperbaiki hubungan
pribadi kita dengan Tuhan dan kemudian memperbaiki juga kondisi
pernikahan kita.
Kelima, ada kegiatan lain yang merupakan selingan, namun akhirnya lebih menyita waktu dan menghalangi keluarga beribadah.
Selingan itu dapat berupa acara televisi, play station, internet,
komputer, mobil atau motor, menonton film, shopping, rekreasi, dan
sebagainya. Tontonan dan permainan yang sehat tentu saja kita butuhkan.
Namun jangan sampai selingan itu mengambil alih persekutuan keluarga
dengan Tuhan. Keberanian menghitung kembali waktu kita berekreasi dan
memotong waktu keluarga untuk selingan yang tidak perlu akan membantu
kita mengadakan persekutuan lebih baik dengan Tuhan.
Beberapa Ide Agar Ibadah Menyenangkan
Bila kita dapat menciptakan suasana yang
menyenangkan, saat beribadah akan menjadi saat yang dinanti-nantikan
oleh seluruh keluarga. Dengan demikian hambatan beribadah dapat
dikurangi. Beberapa ide ini dapat dicoba untuk menghidupkan suasana
ibadah keluarga kita.
1. Ciptakan suasana keluarga yang saling mengasihi.
Ibadah keluarga akan terasa sebagai
aktivitas yang kering dan tidak menyenangkan tatkala suami-istri dan
anak-anak tidak memiliki hubungan yang baik. Upaya kita untuk mengasihi
satu sama lain akan memberi rasa aman dan sukacita, sehingga kita pun
menikmati kebersamaan dalam ibadah keluarga.
2. Upayakan agar bentuk ibadah tidak terlalu formal dan kaku.
Banyak orangtua yang terpaku pada ritual
yang lebih cocon untuk orang dewasa. Padahal sebenarnya yang lebih
penting dari suatu ibadah keluarga adalah kebersamaan dalam Tuhan. Jadi,
kita boleh melakukan itu hanya dengan berdoa bersama saja dan kemudian
menghafalkan ayat Alkitab, atau bisa juga dengan menceritakan kesaksian
mengenai kebaikan Tuhan.
Ibadah bersama anak juga dapat dilakukan
dengan pertanyaan kita kepada mereka menyangkut iman atau moralitas,
misalnya mengenai kejujuran, atau mengenai kebaikan Tuhan atas diri
mereka. Jawaban mereka ini kemudian kita diskusikan dan ditutup dengan
doa.
3. Buatlah variasi yang menyenangkan.
Ada banyak cara yang kita dapat lakukan
agar anak senang beribadah dalam keluarga. Kita dapat bernyanyi lagu
rohani bersama anak dan kemudian berdoa. Pada kesempatan lain kita dapat
bermain teka-teki Alkitab. Ibadah dapat pula dilakukan dengan
menanyakan satu dua hal yang anak ingin doakan, baik menyangkut teman
mereka atau persoalan mereka. Pada kesempatan lain orangtua dan anak
dapat saling berbagi cerita. Kemudian cerita ini dapat dikaitkan dengan
pelajaran dari Alkitab. Umumnya anak-anak suka sekali mendengar kisah
tokoh-tokoh Alkitab. Karena itu bercerita dapa menjadi bagian yang
paling sering dilakukan dalam ibadah kita.
Menghafal ayat Alkitab juga dapat
menjadi bagian ibadah yang menyenangkan. Bila anak sudah dapat membaca,
anak dapat diminta membacakan ayat-ayat tertentu dari Alkitab. Beberapa
buku bantu renungan Alkitab yang Alkitab yang disusun secara menarik
buat anak dapat pula dijadikan sebagai salah satu bahan ibadah.
Teka-teki silang, juga permainan kata dan gambar dapat merupakan alat
bantu menarik sehingga anak tertarik untuk belajar Alkitab
4. Seyogyanya acara ibadah keluarga berlangsung tidak terlalu lama.
Lebih baik Mengadakan ibadah keluarga
dengan frekuensi lebih banyak setiap minggunya dari pada jarang
diadakan, tetapi setiap kali dilakukan selalu berlangsung lama.
Alasannya, anak yang masih kecil tidak mampu memusatkan perhatian dalam
jangka waktu yang lama. Bila ibadah berkepanjangan, selain anak menjadi
bosan dan tidak lagi menyukainya, kita pun seolah melakukannya dengan
terpaksa.
5. Ciptakan berbagai kesempatan untuk melangsungkan ibadah dalam keluarga.
Banyak kesempatan yang dapat
dimanfaatkan untuk berbagi hidup di dalam Tuhan dengan anak-anak kita.
Dalam perjalanan ke sekolah, bila kita mengantar sendiri anak kita
dengan mobil, kita mempunyai kesempatan cukup banyak untuk membagikan
apa yang kita lihat dan mengajak anak untuk bersyukur. Bila di rumah ada
alat musik atau tape, kita dapat memainkan atau memutarkan lagu rohani
dan menyanyikannya bersama anak. Makan malam bersama keluarga merupakan
waktu yang baik untuk mendengarkan anak-anak bercerita tentang
pengalaman mereka dan menggali beberapa pokok doa. Waktu malam menjelang
tidur adalah waktu yang ideal bagi kebanyakan orangtua untuk berdoa dan
berbagi cerita.
Ibadah keluarga lebih mudah dilakukan
bila kita dapat mengupayakan relasi keluarga yang harmonis. Orangtua
yang takut akan Tuhan dan anak-anak yang dididik sejak usia sangat muda
di dalam Tuhan merupakan modal penting dalam membangun suasana ibadah
dalam keluarga. Selamat berbakti melalui keluarga!
Oleh : Pdt. Paul Gunadi Ph.D. (www. Telaga.org)