widget

Kamis, 09 Oktober 2014

Hukuman Kekal Bagi yang Terhilang

Bab ini berusaha menulis suatu pernyataan pengajaran yang paling penting diseluruh Alkitab. Saat saya pertama mencoba berkotbah tentang hal ini beberapa tahun yang lalu, saya memohon pada Tuhan untuk ada kehalusan dalam menyatakan hal ini. Sekarang saya harus akui masih ada keengganan dipihak saya untuk mengatakan bahwa tidak ada harapan bagi orang yang sudah mati, tapi suatu penantian akan lautan api yang menakutkan. Keengganan untuk menyatakan tentang neraka bukanlah hasil dari keraguan akan kesengsaraan akhir dari orang yang tidak percaya. Sebaliknya, karena semakin yakinnya akan hal ini menimbulkan kegentaran memikirkan jiwa yang terbuang dalam laut api selamanya.

 
Neraka—Hal yang Tidak Populer
Saya sadar hal ini tidak disukai. Sejak momentum dimana Jonathan Edwards berkotbah tentang “Orang Berdosa ditangan Allah yang Murka,” pengajaran tentang hukuman orang yang terhilang sekarang mulai tidak jelas. Surat kabar harian mencetak pada May 29, 1944. “Seorang Pendeta Angkata Laut mengatakan hari ini beberapa pejabat angkatan laut melarang pendeta mengatakan tentang bahaya neraka. Pendeta itu, Frederick Volbeda, dari Washington, seorang veteran Pearl Harbor, berkata bahwa atasannya mendengar dia berkotbah tentang pertobatan dan hukuman yang didapat menyuruhnya bersumpah agar tidak berkotbah api neraka lagi diatas kapalnya” Pendeta Volbeda melaporkan hal ini saat ulang tahun ke 84 General Assembly of the Southern Presbyterian Church.
Saat Irvin S. Cobb, seorang pelawak dan penulis terkenal dunia, mati March 1944, dia berpendapat bahwa surga merupakan “suatu tempat yang sangat bodoh, yang diisi oleh orang sombong, individu yang agrasif,” dan kemudian dia menambahkan “neraka mungkin memiliki iklim yang buruk tapi bersemangat.” Tentu Cobb tidak percaya adanya neraka, karena dia menyuruh orang yang nanti mengatur penguburannya “menghindari pembacaan atau upacara Kristen, yang menurutnya salah satu kepercayaan yang paling kejam yang diwarisi oleh leluhur. Sebaliknya biarlah Mazmur 23 dibacakan. Didalamnya tidak ada lautan api kekal.”
Irvin Cobb jelas merupakan pelawat yang sukses, tapi tidak ada humor tentang neraka yang bisa membebaskan dia dari sakit dan penderitaan jiwanya sekarang. Hal yang terbaik yang bisa dikatakan orang ini tentang Tuhan Yesus Kristus adalah Dia merupakan “orang terbaik yang pernah hidup.” Untuk semua pujian dan humanisme Tuhan kita hanya menjawab “anda harus dilahirkan kembali.” Mengenai hal penting dan kekal ini Cobb menyatakan dirinya. Jika dia mati dengan menolak setiap pengajaran iman Kristen, betapa seriusnya akibat perkataannya. Tuhan menegaskan semua yang menolak dan mengejek FirmanNya sebagai “Mereka bagaikan ombak laut yang ganas, yang membuihkan keaiban mereka sendiri, . . . baginya telah tersedia tempat di dunia kekelaman untuk selama-lamanya” (Jude 13). Suatu saat keadaan akan berbeda, dan “Dia, yang bersemayam di sorga, tertawa; Tuhan mengolok-olok mereka” (Psalm 2:4).
Hati kita bersimpati dan bersedih untuk Cobb dan jutaan orang yang seperti dia yang mati dalam ketidakpercayaan dan masuk kedalam kekekalan lautan api yang dulu mereka tidak percaya.
Mr. Cobb meminta agar Mazmur 23 dibacakan karena tidak ada “ancaman lautan api kekal”. Kita tidak ingin berdebat akan isi teologis dari Mazmur Daud ini, tapi kita bisa katakan tanpa takut kontradiksi bahwa pengetahuan Cobb akan Alkitab adalah hasil penyelidikan atas dasar prasangka. Penulis Mazmur ini juga Pencipta semua yang dunia tahu tentang masa depan, dan Eskatologi Alkitab tidak diam tentang hukuman kekal bagi yang tidak percaya dalam suatu tempat siksaan.

Teori yang Salah
Banyak teori berlawanan telah terbentuk mengenai hal ini. Tentu saja, semua yang disebutkan dibawah ini merupakan teori manusia yang tidak didukung oleh Firman Tuhan. Disini kita hanya menyatakan dengan singkat dari sisi manusia. Teorinya adalah Keabadian Bersyarat, Universalism dan Teori Restorasi.

1. Keabadian Bersyarat. Teori ini berkata bahwa semua orang yang tidak menerima hidup kekal akan mati seperti binatan dan akan hilang tak ada existensinya lagi. Ini menyatakan bahwa keabadian merupakan kondisi atas diterimanya hidup kekal. Jika seseorang mati tanpa menerima hidup kekal dia tidak akan dihukum. Dia akan dihilangkan.

2. Universalism. Teori ini memegang pendapat adanya penebusan universal. Sebagai contoh, sebagian Alkitab digunakan untuk membuktikan bahwa Kristus mati seperti umumnya manusia. Maka dari tiu semua manusia akan diselamatkan pada akhirnya. Universalism menggunakan teks Paulus seperti: “Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus” (Colossians 1:28). Jelas Paulus tidak bermaksud mengatakan bahwa setiap orang yang datang kedunia akan disempurnakan dalam Kristus. Kata “setiap orang” hanya bisa menunjuk pada mereka yang merupakan tujuan dari surat; yaitu, “kepada saudara-saudara yang kudus dan yang percaya dalam Kristus” (1:2). Teori ini tidak menyangkal bahwa semua manusia sudah jatuh dalam dosa, tapi berpendapat bahwa semua manusia akhirnya akan diselamatkan dan masuk kedalam hidup kekal. Universalism gagal karena mereka mengabaikan fakta Alkitab bahwa keselamatan dan hidup kekal merupakan bagian dari pemberian ilahi kepada “siapapun yang dikehendakiNya.”

3. Teori Restorasi. Pandangan ini, sering disebut Restitutionism, setuju dengan universalist dalam hal tidak menolak bahwa manusia sudah jatuh, tapi suatu waktu, disuatu tempat, semua ciptaan (termasuk setan dan malaikat yang jatuh) akan dipulihkan dan didamaikan dengan Tuhan. Berlawanan dengan akal sehat, sebagian besar orang menilai pandangan ini mustahil. Tapi mari kita lihat teks yang biasa mereka gunakan dalam membentuk dasar pandangan Restitutionism. Mereka mengutip perkataan Tuhan: “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku” (John 12:32). Kita harus hati-hati bahwa perkataan Kristus ini tidak membawa kita percaya pada pengajaran sesat Restitutionism. Juruselamat kita tidak pernah memaksudkan bahwa semua orang pada akhirnya akan diselamatkan melalui penyalibanNya. Dr. A. C. Gaebelein dalam tafsirannya “The Gospel of John” berkata: “analogi teks lainnya menunjukan dengan jelas bahwa satu-satunya alasan yang masuk akal adalah, penyaliban Kristus memiliki pengaruh “menarik” bagi semua manusia dan bangsa, baik Yahudi maupun non-Yahudi.” Tapi ayat ini juga bisa memiliki aplikasi masa depan. Dalam ayat sebelumnya (31) dihubungkan dengan ayat 32, Yesus bicara tentang masa depan saat “penguasa dunia ini akan dilemparkan keluar.” Dari situ, dihari itu “semua orang” akan dibawa kepadaNya.

Salah satu teks favorit Restitutionists adalah salah satu pernyataan Petrus dalam kotbah keduannya setelah Pentakosta. Petrus berkata:
Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan, dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus. Kristus itu harus tinggal di sorga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu. (Acts 3:19-21).
Sekali lagi pengajar ajaran ini mengambil kalimat dan mengeluarkannya dari konteks dan menyesuaikannya dengan pemikiran mereka. Perkataan “pemulihan segala sesuatu” tidak bisa ditafsirkan dengan benar tanpa dikaitkan hanya kepada Israel. Ingat, kepada Israellah Petrus menujukan surat ini. Pernyataan pembukaannya adalah “Hai orang Israel” (ayat 12). Itu pemulihan segala sesuatu untuk Israel saat Kristus datang untuk memulihkan bangsa. Lebih jauh, itu akan menjadi “pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di zaman dahulu.” Kita harus membatasi definisi pernyataan Petrus, karena kita harus membatasinya hanya pada pemulihan yang diperantarai nabi-nabiNya. Para nabi sering bicara tentang pemulihan Israel ketanah Palestina, tapi tak satupun dalam tulisan nabi muncul kesimpulan bahwa orang mati diluar Kristus akan diselamatkan.
Restitutionism sangat bergantung pada pernyataan Paulus dalam Philippians 2:10, 11, “supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: Yesus Kristus adalah Tuhan, bagi kemuliaan Allah, Bapa!.” Bagian ini berarti baha semua ciptaan, baik yang hidup maupun mati, surga, bumi, atau dibawah bumi, akan mengaku dan menyatakan bahwa Allah Bapa telah memberikan AnakNya. Tidak ada satupun indikasi bahwa semua orang yang mengenal otoritas Kristus harus diselamatkan ataupun akan diselamatkan. Saat Tuhan ada didunia iblis sering mengakui otoritasNya (lihat Mark 1:24, 34; 3:11, 12), dan kita tahu bahwa api kekal disiapkan untuk setan dan malaikat pengikutnya (Matthew 25:41).

Arguing Against Hell from the Love of God
Kita sering mendengar bahwa Tuhan terlalu baik, dan pemaaf untuk bisa mengijinkan manusia menderita dalam neraka. Meminta kasih dan belas kasih Tuhan, manusia berkeras bahwa Dia tidak akan mengijinkan ciptaanNya binasa. Ada banyak pernyataan indah dan sentimental tentang kasih Tuhan yang dikutip untuk mendukung pandangan bahwa Dia tidak mengijinkan satu jiwapun untuk menderita dalam kekekalan. Tapi kita tidak berani kehilangan fakta bahwa seseorang lolos dari neraka bukan tergantung pada kasih Tuhan tapi tergantung pada pertobatan dan iman setiap individu. Tuhan itu kasih, pasti, tapi manusia juga memiliki kehendak bebas. Manusia bukan dikutuk keneraka oleh Tuhan, tapi mereka ada disana karena menolak satu-satunya cara menghindari hukuman dosa, iman kepada Tuhan Yesus Kristus. Tuhan adalah kasih dalam PL, tapi orang Israel dihukum karena dosa mereka. Tuhan adalah kasih sekarang, tapi Dia tidak membuka pintu hukuman untuk meloloskan mereka seharusnya dihukum karena dosanya. Ini adalah perlakuan adil bagi masyarakat untuk melindungi diri dari perbuatan criminal, dan jelas surga jadi tidak aman atau menyenangkan jika tidak ada proteksi atas dosa dan kejahatan. Bagi penulis kelihatannya harus memisahkan orang percaya dan yang jahat. Itu akan menghina keadilan dan kehormatan Tuhan kalau Dia mengijinkan yang tidak kudus dan penolak Kristus ada didalam “semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia” (1 Corinthians 2:9).
Akibat dosa adalah hukuman. Hukuman yang tepat pada seorang anak tidak merusak kasih orangtua. Dosa dihukum sepasti api membakar, dan Tuhan menjalankan hukum kekal bahwa “apapun yang ditabur, itulah yang dituainya” (Galatians 6:8).

Neraka—Suatu Tempat Penghukuman yang Akan Datang
Sebagian orang melibatkan diri dalam pemikiran tentan neraka. Dikatakan bahwa api neraka berarti siksaan kesadaran. Orang lain berkata bahwa neraka hanyalah kubur. Kita tidak meragukan kalau siksaan kesadaran merupakan bagian dari hukuman kekal, tapi neraka bukan hanya siksaan kesadaran saja. Tapi kita tidak setuju dengan mereka yang mengajar bahwa neraka hanyalah kubur. Mereka pasti penipu atau buta huruf dengan mengatakan neraka hanya kubur. Saat orang kaya yang tidak selamat mati dia pergi keneraka, dan berteriak: “aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.” (Luke 16:24). Jelas dia tidak hanya dikubur. Dia memiliki 5 saudara yang ingin diselamatkan, agar tidak ketempat dimana dia berada sekarang. Jika kelima saudaranya bertobat dan selamat, itu tidak akan menghindarkan mereka dari kubur, karena “manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja” (Hebrews 9:27). Pertobatan tidak akan membuat orang keneraka tapi tidak meloloskannya kekubur. Tubuh setiap manusia, kecuali mereka yang hidup saat Kristus datang, akan kembali kedebu. Neraka bukan kubur. Tubuh orang kaya sudah mati, tapi orang itu tahu bahwa jiwanya ada disuatu tempat yang tidak hanya dalam keadaan roh.

Perhatikan penggunaan kata “api,” yang menunjukan bahwa api neraka merupakan tempat itu sendiri. Berulang kali Tuhan dan para rasul bicara tentang api neraka.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala (Matthew 5:22).
Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api (Matthew 7:19).

Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam Kerajaan-Nya. Semuanya akan dicampakkan ke dalam dapur api; di sanalah akan terdapat ratapan dan kertakan gigi (Matthew 13:41, 42).

Jika tanganmu atau kakimu menyesatkan engkau, penggallah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan tangan kudung atau timpang dari pada dengan utuh kedua tangan dan kedua kakimu dicampakkan ke dalam api kekal. Dan jika matamu menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu masuk ke dalam hidup dengan bermata satu dari pada dicampakkan ke dalam api neraka dengan bermata dua (Matthew 18:8, 9).

Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya (Matthew 25:41).

Di tempat itu ulatnya tidak akan mati, dan apinya tidak akan padam (Mark 9:44).
Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini (Luke 16:24).

dan mengadakan pembalasan terhadap mereka yang tidak mau mengenal Allah dan tidak mentaati Injil Yesus, Tuhan kita (2 Thessalonians 1:8).

Dan bahwa Ia menahan malaikat-malaikat yang tidak taat pada batas-batas kekuasaan mereka, tetapi yang meninggalkan tempat kediaman mereka, dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman sampai penghakiman pada hari besar, sama seperti Sodom dan Gomora dan kota-kota sekitarnya, yang dengan cara yang sama melakukan percabulan dan mengejar kepuasan-kepuasan yang tak wajar, telah menanggung siksaan api kekal sebagai peringatan kepada semua orang (Jude 6, 7).

maka ia akan minum dari anggur murka Allah, yang disediakan tanpa campuran dalam cawan murka-Nya; dan ia akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikat-malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba (Revelation 14:10).

Sebab itu segala malapetakanya akan datang dalam satu hari, yaitu sampar dan perkabungan dan kelaparan; dan ia akan dibakar dengan api, karena Tuhan Allah, yang menghakimi dia, adalah kuat. (Revelation 18:8).

Maka tertangkaplah binatang itu dan bersama-sama dengan dia nabi palsu, yang telah mengadakan tanda-tanda di depan matanya, dan dengan demikian ia menyesatkan mereka yang telah menerima tanda dari binatang itu dan yang telah menyembah patungnya. Keduanya dilemparkan hidup-hidup ke dalam lautan api yang menyala-nyala oleh belerang (Revelation 19:20).

dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya
(Revelation 20:10).

dan Iblis, yang menyesatkan mereka, dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang, yaitu tempat binatang dan nabi palsu itu, dan mereka disiksa siang malam sampai selama-lamanya Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu (Revelation 20:14, 15).

Tetapi orang-orang penakut, orang-orang yang tidak percaya, orang-orang keji, orang-orang pembunuh, orang-orang sundal, tukang-tukang sihir, penyembah-penyembah berhala dan semua pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang kedua (Revelation 21:8).

Anda bisa mempelajari pernyataan diatas dan mempercayainya, atau mengabaikannya. Anda mungkin percaya Alkitab sekarang, atau menertawakannya. Tapi disaat anda berhadapan dengan Firman Tuhan, ketidakpercayaan anda tidak bisa membuktikan hal itu. Saat tubuh kebangkitan orang tidak selamat menghadap Tahta Putih, mereka akan pergi kelautan api.
Dan tubuh serta jiwa bersama-sama akan menderita. Yesus berkata: “Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum” (John 5:28, 29). Bisakah kita bertanya bagian mana dari manusia yang ada dikubur? Kita setuju itu adalah tubuh. Maka dari itu kita bisa percaya pada perkataan Kristus bahwa bagian manusia yang dikubur itu akan dibangkitkan pada kekekalan.

Apakah Penghukuman yang Akan Datang itu Tidak Ada Akhir?
Saat kematian kekal keadaan setiap orang tetap. Kata “kekal” “selamanya” dan selama-lamanya” menyatakan suatu jangka waktu yang tiada akhir. PL menggunakan pernyataan ini untuk menandakan kekekalan.5 Tidak masuk akal berpikir bahwa ada sorga kekal tapi tidak ada neraka kekal. Hukuman kekal sama dengan perkataan Tuhan akan penghargaan kekal bagi yang benar. Yesus berkata: “Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal” (Matthew 25:46). Hidup orang benar akan selamanya, demikian juga dengan hukuman orang jahat akan selamanya. Alkitab berkata bahwa keselamatan adalah kekal (Hebrews 5:9), hidup kekal (John 6:54), penebusan kekal (Hebrews 9:12), dan mendapat bagian yang kekal (Hebrews 9:15). Tapi juga dikatakan bahwa api neraka adalah kekal dan selamanya (Matthew 18:8; Jude 7); belenggu neraka adalah selamanya (Jude 6); hitamnya kegelapan adalah selamanya (Jude 13), dan disiksa untuk selamanya (Revelation 20:10). Hukuman untuk yang jahat dan hidup untuk yang benar sama panjang, “untuk selama-lamanya.”

DIMANA NERAKA?
Disini kita tidak bisa dogmatic. Pertanyaan ini tidak bisa dijawab sepenuhnya. Secara geografis neraka tidak bisa ditentukan. Teori lama yang dipegang banyak orang adalah neraka ada diinti bumi. Sebuah artikel singkat muncul dalam “Moody Monthly” (July 1940) didalamnya penulis mencoba menentukan lokasi neraka. Berikut ini ringkasan artikel itu.
Jelas bahwa neraka bukan dibumi. Petrus berkata tentang hari dimana bumi akan hilang oleh api:
bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap. Jadi, jika segala sesuatu ini akan hancur secara demikian…. Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran (2 Peter 3:10-13).
Kita tidak berkeras dipendapat ini tentang lokasi neraka, karena Alkitab tidak memberikan kita pernyataan jelas tentang hal ini. Dimana kegelapan, api, dan neraka itu sendiri tidak kita ketahui, juga kita tidak harus tahu. Cukup dengan mengatakan bahwa neraka merupakan tempat yang dipersiapkan, untuk menjadi akhir setiap orang yang tidak selamat.
Come sinners, seek His grace
Whose wrath ye cannot bear;
Flee to the shelter of His cross,
And find salvation there.

See an excellent book on the subject, entitled “The Bible: Its Hell and Its Ages,” by T. J. McCrossan, Seattle, Washington.

Tips Penting Bersaksi Di Tempat Kerja

Dalam tiap jerih payah ada keuntungan, tetapi kata-kata belaka mendatangkan kekurangan saja. Amsal 14:23.
 
Saya pernah mendengar orang berkata, “Aku yakin suatu hari, Aku akan berada di perusahaan Kristen dan dikelilingi oleh orang-orang Kristen. Aku akan mendengar nama Tuhan disebut-sebut dan akan ada kecaman terhadap lelucon cabul, ketamakan, pengkhianatan dan semua yang menyangkut materialisme yang terjadi di sini. Oh.. jikalau saja Tuhan dapat mengeluarkanku dari tempat ini, aku bisa melayaninya.”
Anda tahu bagaimana saya meresponnya? saya berkata kepadanya, Tuhan menaruh kamu di tempat tersebut supaya kamu dapat melayaninya. Kita harus memuat cahaya kita bersinar disemua tempat dimana Yesus menempatkan kita!

Matius 5:14-16 berkata, “Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Begitu pula orang tidak menyalakan pelita dan meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan semua orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan bapamu di sorga”.

Pekerjaan anda adalah tiang cahaya dan Tuhan telah menentukan di mana cahaya anda dapat bersinar.
Anda telah diselamatkan dari dunia ini dan telah dikirim kembali ke dunia untuk bersaksi bagi dunia, itulah yang menjadi pekerjaan/pelayanan yang anda miliki di dunia sampai anda meninggalkan dunia ini.Sekarang dengan senang hati saya memberi anda 4 cara bersaksi dengan orang-orang di tempat di mana anda bekerja:

1. Jangan menjadi sombong
Alkitab mengatakan biarkan terangmu bersinar. Itu tidak sama dengan membuat terangmu berkilau, terangmu memancarkan sinar bukan menyilaukan. Begitu pula orang-orang akan melihat cahaya, bukan mencari sumber cahaya itu. Jika kamu bekerja dengan merasa diri paling benar, kamu akan membuat teman kerjamu sungkan dan tidak ingin berada di dekatmu. 1 Korintus 1:30-31 berkata; Tetapi oleh Dia, kamu berada dalam Kristus Yesus, yang oleh Allah telah menjadi hikmat bagi kita. Karena itu seperti ada tertulis: “ Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan.”

2. Jangan menjadi pemarah
Jika anda memarahi seseorang ketika ia berjudi, merokok, atau mengutuk, maka anda tidak akan memenangkan orang itu di dalam Kristus. Anda boleh saja berpikir anda melakukan tindakan yang benar, tapi orang itu tidak akan mengambil langkah menjadi lebih dekat kepada Yesus Kristus dan siap menjadi saksi yang baik. Anda harus melihat, perilaku orang tersebut bukan menjadi permasalahannya. Sebab, Anda akan menjadi orang tersebut jika anda tidak mengenal Tuhan Yesus Kristus. Orang tersebut membutuhkan Yesus Kristus.
Jadi mari kita lihat bagaimana seharusnya kita bersikap melalui Kolose 4:5-6. “Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang”.

3. Jangan menjadi lamban
Jika anda seorang Kristen yang malas. yang pergi ke tempat kerja tidak tepat waktu, melakukan hal-hal pribadi pada waktu jam kerja, menunda-nunda pekerjaan yang seharusnya anda lakukan, maka anda akan menciptakan reputasi yang buruk. Itu perbuatan dosa bagi seorang Kristen yang melakukan kurang dari yang terbaik dari dirinya.
Mengacu pada Kolose 3:23-24 berkata; “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu . Seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu bahwa dari Tuhan-lah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah Tuan dan kamu hambanya. Jangan sampai anda baru benar-benar bekerja apabila diawasi oleh atasan anda. Saya tidak peduli betapa menjemukan dan membosankan, itu terlihat sama. Ini bukan bagaimana anda menemukan caranya, tetapi lebih kepada anda bekerja untuk kemuliaan Tuhan. Lakukan pekerjaan anda dengan kemampuan terbaik yang anda miliki.”

4. Jangan menjadi kendor
Saya ingin mengatakan pada anda tentang orang-orang yang bekerja dengan anda. Kebanyakan mereka tidak tertarik apakah akan masuk surga atau neraka. Mereka hanya ingin tahu apa yang akan dikerjakan di hari Senin. Ketika mereka melihat anda datang ke kantor dengan sukacita di dalam Yesus Kristus di wajah anda tanpa perasaan lelah, kemudian mereka akan bertanya pada anda. “Apa yang membuat kamu begitu bahagia? “. Pada moment itu, anda berkesempatan berbagi tentang Tuhan Yesus kepadanya, karena anda memiliki kekudusan Yesus Kristus di dalam hati.
1 Petrus 3:15 berkata, “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberikan pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat”.

Sumber: KristenAlkitabiah.com By Gbl. Dr. Adrian Roger, Diterjemahkan oleh Sdr Erwin

Rabu, 08 Oktober 2014

Gereja Awal di NUSANTARA

Pada  tahun 1292,  Marco  Polo  mampir di pulau Sumatera ketika mengantar putri  Mongol  untuk  dinikahkan  dengan putra  mahkota  Persia.   Marco Polo dapatkan di pulau Sumatera sudah ada penduduk  namun  masih sangat  primitif bahkan  dalam  catatannya  menyatakan masih  kanibal. Pada  tanggal 23  Juni  1596,  kapal dagang Belanda mampir di pulau Jawa, dan  mendapat kan  bahwa  pulau  itu sangat subur dan penuh dengan rempah-rempah  yang  sangat  diinginkan masyarakat  Eropa.

Pada  tahun  1619,  Belanda  mulai datang  sebagai  pedagang  dengan  perusahaannya  VOC  (Vereenigde Oostindische  Compagnie) dalam  bahasa  Inggris disebut Dutch East India  Company (DEIC) untuk berdagang dengan penduduk  kepulauan  Nusantara.  Dari berdagang kemudian pemerintah Belanda mengirim gubernur dan pasukan  yang  awalnya  untuk  keamanan perusahaan  dan  akhirnya  memerintah seluruh  kepulauan  Nusantara. Sekitar 200 tahun pemerintah Belanda tidak mengijinkan pemberitaan Injil di kepulauan  Nusantara. Nederlandsch  Indische  Kerk (Gereja  Hindia Belanda)  adalah  gereja  khusus untuk  orang-orang  Belanda.  Mereka  bahkan  tidak mengijinkan Pribumi menghadiri kebaktian  mereka.

Pada  tahun  1811  Napoleon  Bonaparte  mengalahkan  daratan  Eropa termasuk  Belanda. Sir Stamford Raffles, Gubernur koloni Inggris di India mengetahui situasi di Eropa dan memimpin 11 ribu  pasukan dari India menyerbu wilayah Hindia-Belanda (Indonesia) yang memiliki 18 ribu pasukan yang terdiri dari Belanda, Perancis dan  Jawa. Raffles  menang  sehingga  Indonesia  di bawah  Inggris.

Raffles  tercatat  yang  menemukan candi  Borobudur  yang  telah  tertutup tanah. Dan Ia sangat ingin orang-orang di kepulauan Nusantara mendengarkan Injil  yang  sudah  terjadi  di  India  oleh William  Carey, sehingga  ia  menulis  surat dan  meminta  misionari  dari  Inggris. William  Carey,  seorang  tokoh  misi Baptis  dari  Inggris,  yang  juga  disebut "bapak misi modern" mendirikan British Missionary  Society  pada tahun 1792. Dalam tempo satu tahun, ia telah membuka posnya di Kalkuta, India. Dari sana, ia mengorganisasi misinya dan mengirim  banyak  utusan ke semua  sudut Asia,  termasuk Jawa. Setelah  Carey berkonsultasi  dengan  Raffles, tibalah waktunya untuk  mengirim William Robinson sebagai  misionari  Baptis pertama ke Pulau Jawa. Robinson tiba di Batavia pada 1 Mei 1813. Jadi  semua orang Kristen di Indonesia  perlu  ingat bahwa selain gereja Belanda, Nederland Indische Kerk, maka gereja Baptis adalah  yang  pertama  masuk ke  Nusantara  (Indonesia).

Pada tahun  1814, pusat misi Baptis di India mengirim lagi dua orang   misio-nari  untuk  membantu Robinson.  Mereka adalah  James  Reily dan  William Milne. Namun  William  Milne  memilih  untuk menjadi misionari ke China dan segera berangkat  ke  China. Dan Misi Baptis tambah  lagi  anggota,  Thomas Trowt, dan  Thomas  Philip.

Pada  Mei 1815, J.C. Supper, Gottlob Bruckner,  dan  Joseph Kam,  dikirim oleh London Missionary Society bekerja sama  dengan  Netherlands  Missionary Society tiba  di Nusantara.  Mereka bekerja  di  gereja Indische  Kerk,  dan karena  misionari  Baptis  memberitakan Injil  kepada Pribumi, maka mereka pun ikut membuka  diri  memberitakan  Injil kepada  Pribumi. Joseph Kam ke Maluku, Gottlob Bruckner ke Semarang, dan Johann. C. Supper  di  Batavia.  Berbeda  dengan teman mereka  dari  misi  Baptis  yang memberitakan  Injil  kepada  penduduk asli,  mereka  bekerja  di  bawah gereja pemerintah  Inggris/Belanda.

Hal  yang  sangat  menarik  terjadi pada  Gottlob  Bruckner.  Ketika  tiba  di Semarang ia  merasa  jemaat yang dilayaninya  lesu  tak  bergairah.  Ketika didiskusikannya dengan Robinson dan Twort,  mereka sampai  kepada  kesim-pulan, anggota jemaat yang tidak lahir baru  karena  doktrin  yang  salah. Dan setelah  banyak  diskusi  ia  menyadaribahwa  baptisan  bayi  sesungguhnya adalah penyebab anggota jemaat  tidak lahir baru. Dan kesalahan yang berpasangan  dengan  baptisan  bayi  ialah baptisan  percik.

Pada tanggal  7 April 1816, Bruckner meminta Thomas Twort membaptiskannya dengan baptisan alkitabiah yaitu  selam  setelah  ia  membuat pengakuan  iman.  Tentu  satu  minggu  kemudian  Bruckner dipecat  gerejanya, dan suport dananya dihentikan.  Akhirnya ia terpaksa  harus menumpang makan di rumah  Twort. Teman-teman misi Baptis kemudian harus pontang-panting mencarikan suport  dana  bagi Bruckner.  Setelah Twort bekerja selama 2 tahun  di Semarang,  di  tempat dia  menikmati sebuah hubungan  yang  baik dengan seorang  pegawai  Jawa,  ia  mampu melengkapi  sepertiga  bagian  dari sebuah  kamus  Jawa-Inggris, sebelum ia mengalami nasib yang sangat mengenaskan. Dalam sebuah periode singkat, Trowt telah membuka sebuah sekolah untuk penduduk setempat dan telah mengembangkan  sebuah  hubungan  yang  sangat dekat  dengan Bupati Sura Adimenggala yang sangat terbuka  terhadap  pendidikan  Barat.

Adimenggala mengirim kedua putranya, Saleh dan Shukur, untuk belajar dengan Marshman  dari Serampore, dari tahun 1812 sampai 1814. Sekolah ini  disponsori oleh misi Baptis. Trowt berdiskusi dengan Adimenggala, berencana  untuk  mendirikan  sebuah sekolah,  menerbitkan  berbagai  buku dalam  Bahasa  Jawa,  dan  mendirikan sebuah  sekolah  untuk  orang  Jawa  di Semarang.  Menurut  Trowt,  Adimenggala  sangat  mendukung  rencananya. Trowt  menderita disentri dan demam,  dan  selama  2  tahun  ia  terus menderita berbagai penyakit serius. Ia meninggal   pada  25  Oktober  1816.

Sebelum kematiannya, Trowt bisa berbahasa Melayu dengan lancar dan mulai menguasai Bahasa Jawa. Andai Trowt  tidak  meninggal  terlebih  dulu, misi Baptis di Semarang mungkin telah meninggalkan sebuah peninggalan yang  sangat berharga. Thomas Philips, yang menggantikan Trowt di Semarang, juga meninggal  dini  setelah  mengalami  penderitaan fisik dan mental. Nampaknya, kondisi kehidupan di negara  tropis  dan  lingkungan  sosial  menghasilkan  sebuah penghalang besar, yang pada akhirnya menghabiskan stamina fisik dan mental  mereka. Minimnya fasilitas kesehatan,  situasi  politik  yang tidak menentu,  dan  dana  yang  pas-pasan yang  diberikan  oleh  badan  misi, tidak cukup untuk  membuat mereka memiliki peluang mendapatkan  perawatan kesehatan yang  memadai. Kebanyakan dari mereka  terserang  demam, malaria,  tifus,  dan  disentri.

Bruckner  sangat  berhasil  dalam mempelajari  bahasa  Jawa, ia  meneruskan  kamus yang dimulai oleh  Twort. Bahkan  ia  berhasil  menerjemahkan Alkitab  ke  bahasa Jawa. Tetapi  mengalami   kesulitan  untuk  mencetaknya karena Nusantara kembali  diperintah oleh  Belanda  pada  tahun  1816  yang tidak bersahabat dengan para pemberitaan  Injil.

Sejak pemerintahan dikembalikan kepada Belanda dan secara bersamaan  pelarangan  penyebaran  agama Kristen  kembali  diadakan.  Kebijakan keagamaan  Raffles  yang  bebas  menjadi  terbatas  oleh  kebijakan  otoritas Belanda yang  sangat  berhati-hati.  Hal ini  dilakukan  demi  menjaga  keseimbangan dalam kehidupan keagamaan, namun  terutama  untuk  menjaga  agar tidak  timbul  guncangan  dan  hal-hal yang  dapat  memicu perlawanan  pada komunitas  Islam  di  Jawa.  Satu-satunya misionari  yang  diizinkan  oleh  pemerintah  Belanda  untuk  terus  bekerja adalah  Gottlob  Bruckner.  Hal  ini tentu saja  tidak  disebabkan  oleh  keberhasilannya dalam menyebarkan  agama  di antara para penduduk Jawa di Semarang.  Sebaliknya, mereka memberikan izin  karena  Bruckner  adalah  satu-satunya  misionari  yang  gaya  bekerjanya  diam-diam  dan  tidak  menonjol.

Bruckner  bekerja  di  Jawa  selama 43  tahun,  tanpa  tercatat  seorang  pun sebagai  `buah`  dari  tugasnya untuk memberitakan Injil. Ia tidak membaptis siapa  pun. Namun  sepanjang  hidupnya, dengan stamina fisik  dan  mental yang  luar  biasa,  Bruckner  berhasil menerjemahkan  Perjanjian Baru ke dalam  bahasa dan  tulisan  Jawa. Ia menyelesaikan karyanya dalam waktu yang  relatif  singkat, sekitar 8 tahun. Walaupun ia diterima baik oleh penguasa, `buah` yang terpenting  dari karyanya, yang dilakukan dengan bersemangat, sangat terhalang. Atmosfer politis di seluruh Hindia  Belanda  mulai menunjukkan  gejala  kekacauan.

Puncak kesulitan yang disebabkan oleh pemerintah Belanda selama periode ini, terutama kepada para misionari "non-Belanda" adalah penyitaan dan pelarangan penyebaran karya monumental Bruckner: Perjanjian Baru edisi Bahasa Jawa. Bruckner telah  menyelesaikan manuskrip tersebut  pada 1823. Ia harus menunggu selama  5  tahun  sebelum  ia  bisa  pergi ke  Serampore  dengan  seorang  putranya  untuk mencetak  teksnya,  dan  di sana,  ia  menunggu  selama  3  tahun. Akhirnya,  3000  copy  berhasil  dicetak. Dengan  sukacita,  ia  mengambil  2100 copy  untuk  Batavia  dan  memberikan-nya  kepada  Dutch  Bible Society  --  ia sendiri  hanya  menerima  300  copy.

Sebelum membagikan Alkitab, direktur Dutch  Bible  Society  merasa  perlu  untuk meminta  izin  Gubernur  Jenderal. Keputusan yang dibuat oleh Gubernur Jenderal sangat mengecewakan Bruckner, katanya:  Perang  baru  saja berakhir; situasi yang tidak menguntungkan  ini  akan digunakan oleh orang untuk  memberontak lagi  jika  kitab  tersebut  dibagikan  di  kalangan  pribumi!" Terjemahan  bersejarah Perjanjian Baru "untuk sementara waktu ditahan, sampai keadaan memungkinkan." Sayangnya, kebanyakan dari kitab tersebut  dimakan  rayap  ketika  berada  di gudang  pelabuhan  Tanjung  Priok. Pada  1848, dan 17 tahun  kemudian, sisa  hasil  terjemahan  tersebut  dibebas-kan  dari  "penahanan".

Fase  pertama  kepeloporan  misi Baptis  di  Jawa,  telah  dihalangi  dan menemui kegagalan. Iblis  telah  memakai orang yang menyebut dirinya Kristen  untuk  menghalangi  Injil.  Bahkan Bruckner,  orang terakhir pada periode ini,  tidak  berhasil  memenuhi  harapan rekan-rekannya dari misi Baptis. Tidak ada  seorang Jawa  pun  yang  memilih untuk mendengar pesannya dan mengikuti jejak imannya. Namun, Bruckner  telah memulai  sebuah  fase penting,  sebuah  fase  yang  diperlukan untuk  pembentukan  Gereja Kristen untuk orang  Jawa:  ia  telah  mempersiapkan  sebuah  manuskrip suci  yang akan dibaca oleh orang Jawa sebagai fondasi  kehidupan  kerohanian  mereka. Ia  telah  melaksanakan sebuah tugas yang  tidak  dapat  dilakukan oleh  siapa pun  juga. Orang Jawa tidak  dapat melakukannya, orang Kristen dari misi Belanda juga tidak. Bruckner  sendirilah yang  menyelesaikan  tugas  ini,  yaitu menerjemahkan  Alkitab  ke  bahasa Jawa dengan tulisan Jawa tidak dapat dilakukan  orang  lain  selain  Gottlob Bruckner.

Nederlandsch  Bijbelgenootschap mengirim  J. F. C. Gericke  ke  Jawa  pada 1826.  Ia  merupakan  orang pertama dari kalangan misi yang memiliki bakat besar  dalam  linguistik,  dan  ia  mendemonstrasikan sebuah  profesionalisme yang  melampaui  ke-mampuan  Bruckner.  Gericke  menggunakan  terjemahan Bruckner  sebagai  sumber  utamanya,  dalam  upayanya  untuk menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Jawa. Periode ketiga ini  diakhiri dengan  sepucuk  surat  dari  Bruckner pada  rekan-rekannya  di pusat  misi Baptis di Serampore, 2 bulan sebelum kematiannya  pada  9  Juli  1857.

Kisah pertama  sej arah  agama Kristen di Jawa dimulai dengan penuh antusiasme dan berakhir dengan kekecewaan.  Karya  Bruckner, pada paruh  awal  abad  ke-19  merupakan representasi  pergumulan para pelopor. Paruh  kedua  abad  ke-19  merupakan kisah kedua dalam sejarah ini. Banyak badan  misi  baru muncul  dengan  berbagai cara, sehingga terdapat peluang yang  lebih  besar  untuk  berhasil.  Para aktor dan  layarnya  mungkin  berganti, namun  karya  terjemahan  Bruckner merupakan sebuah  pilar  dalam sejarah yang  akan  menjadi pendukung  utama untuk  masa  perkembangan  agama Kristen di Jawa pada periode selanjutnya.  (disadur  dari buku: Mission at the Crossroads  dan  Java  Saga : Christian progress in Muslim Java, David Bentley-Taylor, OMF Books, 1975 - 148 halaman).

Pemberitaan  Injil  ke Sumatera Samuel Munson  lahir  tanggal  23 Maret 1804 di  New  Sharser  Maine, sedang Henry Lyman  lahir tanggal 23 November 1809 di  Northhampton, Amerika  Serikat.  Pada  tanggal 9 Juli 1833,  para  jemaat  Baptis  di  Boston, Amerika Serikat, membuat perjamuan jemaat.  Dalam pesta itu,  semua perhatian  tertuju  pada  dua  pengkhotbah muda,  Samuel   Munson  dan  Henry Lyman  dan istri  mereka  yang  akan berangkat  membelah samudera  menuju sebuah negeri jauh yang belum per-nah mereka  kunjungi  sebelumnya.

Negeri yang mereka tuju bernama Hindia Belanda, yang  kelak  akan menjadi tanah pekuburan  mereka sendiri.  Munson  dan  Lyman  menumpang  kapal  bernama  “Dunkan”,  dengan sebuah  acara  pelepasan yang  mengharukan dari  anggota  jemaat  Gereja Baptis  Boston. Keduanya melambai dan menatap para jemaat yang berbaris  di  bibir  pelabuhan,  hingga  Benua Amerika  lenyap sama sekali di belakang mereka.

Setelah berlayar selama 105 hari, Munson dan Lyman melihat sosok Pulau Jawa,  dan  kapal  mereka merapat  ke  Batavia.  Di  kota yang sedang berkembang  ini,  keduanya  mendapat sambutan  dari  seorang  rohaniawan berkebangsaan  Inggris, Gembala Madhurst. Selain dibekali  pengetahuan teologia,  mereka  juga  dibekali  keterampilan  medis. Dari  surat-surat  yang mereka kirimkan  ke Boston,  diketahui bahwa  mereka  sangat  sibuk  dengan para  pasien  yang  datang  tiap hari.

Setelah menguasai Bahasa Melayu, Munson dan  Lyman  mulai mengurus  izin  pada  pemerintah Belanda  untuk berangkat ke Tanah Batak. Gubernur Jenderal Pemerintahan Belanda di Batavia meluluskan permintaan mereka.  Tanah  Batak  adalah  impian  Munson sejak  ia  sekolah  theologi.  Ia  mendapatkan literatur  yang  menceritakan  keindahan  kawasan  ini,  berikut  masyarakatnya yang  masih menganut kepercayaan  kuno,  sipelebegu  (sejenis  animisme).

Tepat  pada  hari  Selasa,  8  April 1834,  Munson  dan  Lyman  berangkat meninggalkan  anak  isteri  mereka  di Batavia  dengan  menumpang  kapal besar  “Mederika”.  Mereka  berada  di antara  para  serdadu  Belanda  beserta tawanannya.

Pada  19 April  1834,  atau  sebelas hari  sejak  keberangkatan  dari  Jawa, mereka tiba  di Bengkulu. Munson dan Lyman  tinggal  di  sini  selama  4  hari.  Lalu pada  tanggal  26  April  1834,  mereka sudah  menjejakkan  kaki  di  Padang. Gembala  Gereja  Belanda,  Ward  menyambut keduanya. Munson dan Lyman  mendapat  banyak  informasi penting  dari  beliau,  karena  Ward  sudah pernah  mengunjungi  Tanah  Batak  pada tahun  1824.   Menurut   Ward,   orang Batak adalah masyarakat yang ramah tamah. Ward  juga  menceritakan  penyambutan  raja-raja  Batak  terhadap dirinya  yang  disertai  tarian  (tortor).

Akhirnya,  pada  17  Juni  1834,  Munson  dan  Lyman  tiba  di  T anah  Batak untuk  pertama  kalinya, yakni  Sibolga. Tuan  Bonnet, seorang  pejabat  Belanda,  menyambut  mereka dengan  hangat. Dia bahkan  memberikan perlengkapan  untuk  keberangkatan  mereka selanjutnya  ke arah  Silindung.  Dalam perjalanan,  Munson dan Lyman  disertai  seorang  penerjemah,  tukang  masak,  polisi,  dan  8 pendamping  lain.

Rombongan  kecil  ini  berangkat  pada suatu sore yang teduh tanggal 23 Juni 1834,  menembus  belantara,  lembah, dan  pegunungan yang  bergelombang selama 6 hari. Kadang-kadang, mereka harus merangkak seperti ekspedisi kelompok  pecinta  alam  ketika  melalui medan  yang  sangat  sulit.  Rura  Silindung yang mereka tuju adalah sebuah lembah  yang  datar  dan  indah  di sebelah  utara  Tapanuli.

Ketika  sampai  di  kampung  Raja Suasa,  misionari  Munson  dan  Lyman menerima saran dari Raja Suasa agar mereka  menginformasikan  lebih  dulu kedatangan mereka di Silindung. Saat itu, suasana  di  Rura Silindung  (sekarang Kota Tarutung)  memang  masih diwarnai  kemelut  akibat  ekses  dari Perang  Bonjol. Namun  Munson  dan Lyman  memilih  menghemat  waktu  agar segera  tiba  di  Silindung.  Tepat  enam hari sejak berangkat dari Sibolga, satu sore yang  indah  menyambut mereka di pinggiran  sebuah  kampung. Munson mengutus  penerjemah  untuk  mengetahui  keadaan  di  kampung  tersebut sebelum  memasukinya. Namun  setelah  beberapa  jam,  si  penerjemah  tak kunjung  kembali.  Menimbang  cerita Gembala  Ward,  kedua  misionaris  itu tidak curiga  kalau-kalau  sesuatu  telah terjadi.

Dalam keadaan yang belum dapat memutuskan tindakan selanjutnya, tiba-tiba semak belukar di  sekitar  mereka terkuak dan berderak. Serombongan orang muncul dari balik pepohonan seraya  berteriak, “Mulak,  mulak  ma hamu!”  (Pulang,  pulanglah  kalian!). Kedua  missionari  itu  terkejut,  dan pada saat yang sama mereka menyadari bahwa  para  pengikut  lain  telah  menghilang  entah  kemana,  kecuali  Jan. Munson dan  Lyman,  dengan  bahasa  isyarat  sesanggupnya,  berupaya menggambarkan maksud  tulus  keda-tangan  mereka ke daerah itu. Tapi komunikasi tampaknya  tidak  nyambung, dan terjadilah  salah  pengertian.  Melihat gelagat yang makin buruk, tiba-tiba Jan mengambil bedil  yang  dibawa Munson  dari   Padang,  dan  hendak menembakkannya  ke  arah  orang  ramai itu. Tindakan itu dicegah Munson. Tapi sayang, pada saat yang hampir bersamaan, terdengar  letusan  bedil  dari  arah lain  dan  Lyman  roboh  bercucuran darah.

Detik-detik  berikutnya  makin  menegangkan  dan  memperkecil  peluang untuk saling pengertian. Munson yang malang  masi h  mencoba  memberi isyarat  dengan  menunjukkan  Alkitab yang  dibawanya,  tapi  suasana  terlanjur panas  dan  chaos.  Ia  dipukuli  hingga jatuh  tanpa  melawan maupun menunjukkan  rasa  takut.  Jan  melarikan  diri dan  bersembunyi  di  kerapatan  hutan. Ia  berhasil  lolos  dan  kembali  ke  Sibolga dalam  keadaan  payah,  lalu  menemui Tuan  Bonnet.  Informasi  tentang  insiden tersebut  digambarkan  oleh  Jan.

Kesimpulan
Karena  kasih  Kristus  kepada  orang  Indonesia, para misionari datang menempuh perjalanan berbulan-bulan agar  orang-orang  diselamatkan.  Dan orang dari Gereja Baptis yang pertama melakukan  itu.  Seandainya  bangsa Indonesia  lain  tidak  tahu,  setidaknya orang  Kristen  Indonesia  tahu  bahwa Gereja  Baptis  adalah  gereja  paling awal  selain  gereja  Belanda  di  bumi Nusantara.  Misionari  Baptis  adalah yang  paling  awal  memberitakan  Injil baik  di  pulau  Jawa  maupun  Sumatera. Gereja Baptis adalah gereja  pertama  di  bumi  Nusantara, sebelum ada Indonesia, bahkan sebelum  Sumpah  Pemuda.***

Sumber editing :Jurnal Teologi PEDANG ROH Edisi 80

Simson dan Bait Dagon

Sejak awal abad 19, para skeptis dengan mudah mengabaikan kisah Alkitab tentang Simson sebagai sekedar mitos. Sebagai contoh, pada tahun 1966, John McKenzie menulis, “…nilai sejarah dari kisah-kisah kepahlawanan selalu rendah. Hal ini mudah terlihat dalam diri Simson. Suatu istana atau bait yang dapat menamppung beberapa ribu orang di tingkat atasnya, yang ditopang oleh dua tiang utama yang hanya berjarak dua lengan satu sama lain, tidak pernah eksis” (The World of Judges).
Seperti yang terjadi berulang-ulang kali, para pengritik Alkitab telah dibuktikan salah. Bait di Gaza tidak pernah ditemukan, tetapi bait-bait Filistin yang digali di Tel Qasile (sebelah utara Tel Aviv, 1970an) dan Gat, memiliki tiang-tiang utama yang menopang atap persis seperti yang digambarkan dalam Hakim-Hakim 16. Arkeolog Bryant Wood, Ph. D., menggambarkan penemuan-penemuan ini: “Kedua bait ini memiliki desain unik yang sama – bagian atasnya ditopang oleh dua tiang utama. Tiang-tiang ini terbuat dari kayu dan berdiri di atas dasar batu. Karena tiang-tiang ini berjarak kira-kira dua meter satu dari yang lainnya, seseorang yang kuat dapat menggeser mereka dari dasar batu mereka dan meruntuhkan seluruh bagian atas bangunan itu.



Catatan [Alkitab] itu adalah catatan seorang saksi mata, dan sekali lagi mendemonstrasikan bahwa sungguh Alkitab adalah buku teks paling akurat sedunia” (“Samson and the Temple of Dagon,” Bible and Spade, 1974, hal. 53-54). Saya dapat berdiri di antara dasar-dasar batu dari tiang-tiang di bait Filistin yang di Tel Qasile, dan saya dapat menyentuh dasar-dasar itu dengan tangan saya. Ini bukan bait tempat Simson mati, tetapi di sini ada bukti nyata bahwa bait-bait Filistin dibangun dengan dua tiang utama menyangga bagian atasnya, dan bahwa seseorang yang bertubuh besar dengan kekuatan supranatural bisa mendorong jatuh tiang-tiang ini seperti yang Alkitab katakan. Simson sudah pasti lebih besar dari saya, dan tiang-tiang di bait Gaza bisa jadi lebih dekat satu sama lain. Dasar batu di bawah tiang-tiang di Gat sepertinya lebih dekat dari pada yang di Tel Qasile, walaupun saya belum melihatnya sendiri.

Sumber : Way of Life

JEHOVAH, Bukan YAHWEH

jehovah Sebagaimana telah kita ketahui bahwa kitab P.L. orang Kristen itu berasal dari kitab suci orang Yahudi. Pada waktu kejatuhan Yerusalem ke tangan Babilon,kelihatannya kitab-kitab P.L. yang sudah ada pada saat itu diselamatkan oleh nabi Yeremia. Nabi Yeremia yang tahu persis apa yang akan terjadi menyadari bahwa kitab suci lebih berharga dari apa pun. Nebukadnezar yang tahu bahwa Yeremia menubuatkan kejatuhan Yerusalem sangat menghormati Yeremia. Bahkan ia membiarkan Yeremia memilih apakah ia mau tinggal di Yerusalem atau mau ikut ke Babel, dan akhir nya Yeremia memilih tinggal di Yerusalem (Yeremia 39:11-14;40:4-5).

Sekembali dari pembuangan, orang Yahudi mengalami kebangunan rohani. Mereka bukan hanya pergi ke Yerusalem tiga kali setahun, bahkan mendirikan sinagoge di seluruh israel. Keberadaan sinagoge itu bukan hanya untuk kegiatan keagamaan, bahkan bermanfaat sebagai sekolah membaca bagi anak – anak. Keadaan ini menyebabkan dibutuhkan nya kitab P.L. karena itu adalah bahan bacaan satu – satu nya. Keadaan ini juga sekaligus melestarikan kanon kitab P.L. karena jumlahnya menjadi semakin banyak sehingga kalau yang satu rusak, masih ada yang lain. Kini terkumpul sekitar 200,000 (dua ratus ribu) naskah kuno dalam bentuk fragment dalam bahasa Ibrani dan Aramik. Dengan cara demikian Allah memelihara firmanNya, yaitu agar orang-orang di kemudian hari dapat memperbanding-kannya. Ada orang bertanya, “apakah kitab P.L. yang ada di tangan kita masih asli?” Jawabannya, “tentu, karena ada kurang lebih dua ratus ribu fragment yang terkumpul dan dibanding-bandingkan”.
Ketika Alexander Agung mengalahkan dunia pada abad ketiga sebelum kedatangan Kristus, bahasa Yunani menjadi bahasa internasional. Satu abad kemudian, yaitu abad kedua sebelum kedatangan Kristus, generasi muda Yahudi perantauan menjadi lebih fasih berbahasa Yunani sehingga penerjemahan kitab P.L. ke dalam bahasa Yunani dirasakan sangat diperlukan. Kemudian sebuah kitab terjemahan dihasilkan oleh 72 orang penerjemah, dan disebut Septuaginta yang artinya tujuh puluh, yaitu angka genap dari jumlah penerjemahnya.
Akhirnya pada masa kehadiran Tuhan Yesus, kitab P.L. yang beredar ada dua macam, yaitu yang berbahasa Ibrani dan berbahasa Yunani (Septuaginta). Selain terdiri dari dua macam bahasa, juga ada versi yang dipakai di sinagoge dan versi yang dipakai oleh pribadi di rumah. Versi sinagoge disalin ulang dengan sangat teliti. Jika ditemukan empat kesalahan, maka dianggap rusak dan segera dimusnahkan. [Gleason L. Archer, The Zondervan Pictorial Encyclopedia of the Bible (Grand Rapid: Zondervan Publishing House, 1982) Vol.v, p.684]. Mereka tidak menghendaki kehadiran salinan yang ada kesalahan agar jangan sampai makin hari makin banyak salinan yang salah.
Kemudian pada tahun A.D. 70 terjadi penghancuran kota Yerusalem beserta Bait Allah. Orang Israel terkocar-kacir dan tersebar ke mana-mana. Mereka kehilangan identitas sebagai bangsa. Setelah melalui sebuah periode waktu yang agak panjang sebagian orang Israel menyadari bahwa mereka perlu berbuat sesuatu agar identitas bangsa mereka tidak hilang sama sekali. Mereka menyadari bahwa kitab P.L. adalah tumpuan jati diri orang Yahudi serta merupakan pusat integritas keluarga Yahudi. Jika masih ada kanon kitab P.L. yang terus-menerus dibacakan di sinagoge dan dalam keluarga masing-masing, maka keyahudian mereka pasti tidak akan hilang.


jerusalem-israel

Pada periode A.D.70-900, sekelompok orang Yahudi yang disebut Baly ha-Masoret (master of traditon atau guru adat-istiadat) berusaha me-ngumpulkan salinan-salinan untuk memantapkan eksistensi kitab P.L. Perlu diketahui bahwa yang kemungkinan terbakar adalah yang ada di kota Yerusalem, tetapi masih ada banyak salinan yang tersimpan di sinagoge-sinagoge yang bisa dijadikan patokan. Alasan yang mendorong mereka melakukan pekerjaan itu ialah agar identitas keyahudian anak-cucu mereka tidak pudar. Dengan tersimpan utuhnya kitab PL maka itu bisa menjadi landasan bagi eksistensi keyahudian mereka.
Jadi Baly ha-Masoret itu berusaha mengumpulkan salinan-salinan dan berusaha membubuhkan huruf hidup (vokal) agar generasi yang kurang fasih berbahasa Ibrani bisa belajar membaca. Hasilnya bukan saja iman Yudaisme mereka tetap terpelihara, bahkan bahasa Ibrani tetap lestari sementara bahasa Mesir, Persia dan lain-lain musnah terkikis waktu.

Dalam melaksanakan tugas yang sangat berat itu para Baly ha-masoret dibantu oleh ahli tata bahasa (grammar) yang dalam bahasa Ibrani disebut nag danim. Para Baly ha-Masoret dan nag danim, yaitu orang-orang Yahudi yang masih sangat fasih bahkan ahli dalam bahasa Ibrani itu, menolong memasang huruf hidup dan tanda baca ke dalam teks yang tadinya hanya terdiri dari huruf mati dan tanpa tanda baca. Merekalah yang paling tahu bunyi tiap-tiap kata termasuk huruf hidup yang menyertai YHVH, bukan theolog Jerman yang beratus bahkan beribu tahun kemudian. Hasil karya mereka disebut Masoretic Text (Teks Masoretik), dipakai oleh kaum Yahudi sekarang maupun orang-orang Kristen terutama kelompok Kristen Fundamentalis. Dalam Masoretic Text ini nama Sang Pencipta ditulis ( יְהֹוָה )yang kalau dibaca bunyinya Jehovah/Yehowah (dalam bhs Ibrani J bisa juga dibaca Y dan V bisa dibaca W), bukan Yahweh.

Dari Mana Datangnya Yahweh?

Kemudian sejumlah theolog Jerman mulai memikirkan keaslian ucapan Yehowah. Mereka mengembangkan teori bahwa huruf hidupnya diambil dari kata adonai. Dan juga dikembangkan teori bahwa ada catatan bahasa Yunani tentang nama Allah orang Yahudi itu IAW ΙΑΩ (iao).
Dari iao atau Yao dicocokkan dengan kata halleluyah sehingga theolog Liberal modern sangat yakin bahwa ucapannya menjadi Yahweh. Johann Ludwig Ewald, (16 September 1747) adalah termasuk theolog awal yang mendukung teori tersebut. Heinrick Andreas Christoph Havernick pada tahun 1839 memperkenalkan bacaan Yahweh di dalam berbagai tulisannya. [McClintock, John & Strong, James. Cyclopedia of Biblical, Theological, and Ecclesiastical Literature. Grand Rapids: Baker Book House, 1981, Vol.iv.pp.809-810]

Kesimpulan Kebenaran

Dengan tidak bermaksud mendukung kelompok Saksi Jehovah, kita setuju bahwa Masoretic Text adalah teks yang benar, yang paling akurat. Para Baly ha-Masoret dan Nag Danim adalah orang-orang yang tahu persis kandungan huruf hidup yang menyertai empat konsonan (JHVH /YHWH) yang dipakai Sang Pencipta sebagai sebutan kemuliaanNya sehingga sebutannya yang benar adalah Yehowah atau Jehovah. Dari kesimpulan theologi mereka yang menyesatkan (Liberal) sulit untuk menerima bahwa asumsi mereka tentang bunyi huruf hidup yang menyertai empat konsonan tersebut bisa benar. Masoretic Text (MT) kitab PL dan Textus Receptus (TR) kitab PB adalah fondasi kekristenan, dan merupakan otoritas tertinggi. Semua Alkitab terjemahan harus disesuaikan pada Teks PL dan PB yang kita yakini adalah firman Allah yang dipelihara olehNya yaitu Masoretic Text (MT) kitab PL dan Textus Receptus (TR) kitab PB.

Sumber : Graphe Ministry

Minggu, 05 Oktober 2014

Tanda-Tanda yang Menyertai

Akhirnya Ia menampakkan diri kepada kesebelas orang itu ketika mereka sedang makan, dan Ia mencela ketidakpercayaan dan kedegilan hati mereka, oleh karena mereka tidak percaya kepada orang-orang yang telah melihat Dia sesudah kebangkitan-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya: mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh.” Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk di sebelah kanan Allah. Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya. Markus 16:14-20

Kelompok pantekosta/kharismatik sering menggunakan Markus 16:17-18 (bagian yang ditebalkan pada kutipan di atas) untuk membenarkan penekanan mereka pada “bahasa roh” (saya sengaja memakai istilah “bahasa roh” untuk mengacu kepada fenomena kharismatik, sedangkan fenomena Alkitabiahnya adalah “bahasa lidah” atau speaking in tongues) dan berbagai KKR penyembuhan yang dilakukan tokoh-tokoh kharismatik. Ketika di sebuah gereja kharismatik, diserukan: “mari berbahasa roh,” dan hampir seluruh jemaat bergemuruh dengan suara-suara aneh, itu adalah penggenapan dari Markus 16:17-18, demikian klaim mereka. Demikian juga dengan berbagai “pendeta” kharismatik yang mengaku bisa menyembuhkan segala penyakit, bahkan membangkitkan orang mati, dan mengusir setan, itu juga dikatakan sebagai penggenapan dari ayat-ayat ini. [Sebagian orang akan menghapus perikop ini dari Alkitab, karena menurut mereka ayat 9-20 dari Markus 16 tidak otentik, tetapi itu posisi yang salah. Ayat-ayat ini merupakan bagian dari Firman Tuhan].
Tetapi benarkah ayat-ayat ini adalah untuk SEMUA ORANG PERCAYA pada HARI INI?

Sebenarnya, penafsiran kharismatik ini adalah penafsiran yang berbahaya, dan membuka peluang serangan dari pihak orang-orang yang tidak percaya Alkitab. Kata SEMUA bersifat universal dan jika ada satu saja pengecualian, maka kata “semua” menjadi gagal. Coba bandingkan bunyi ayat ini dengan sejarah dalam Alkitab dan realita hari ini:

Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya:
1. Mereka akan mengusir setan-setan demi nama-Ku
2. Mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka
3. Mereka akan memegang ular
4. Sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka
5. Mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh


Jika “orang-orang percaya” ditafsir sebagai “semua orang percaya hingga hari ini” (penafsiran kharismatik), maka konsekuensinya adalah:

1. Kita harus membaca, atau mendapatkan kesan, dari Alkitab, bahwa semua orang percaya di Perjanjian Baru, melakukan tanda-tanda ini.

2. Kita harus melihat dan menyaksikan hari ini, orang-orang percaya melakukan tanda-tanda ini.


Poin pertama gagal. Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa tidak semua orang percaya abad pertama memiliki karunia berbahasa lidah (1 Korintus 12:10, 28-29). Tuhan memberikan karunia yang unik kepada masing-masing anggota jemaat. Di abad pertama, ada yang diberi karunia mengajar, ada yang diberi karunia melayani, ada yang diberi karunia berbahasa asing. Yang jelas tidak semua orang percaya memiliki karunia bahasa lidah. Demikian juga tidak semua orang memiliki karunia menyembuhkan (1 Korintus 12:28). Jelas juga bahwa tidak semua orang percaya abad pertama memegang ular atau minum racun maut. Bahkan, pastinya ada banyak orang percaya yang tidak menunjukkan satu pun dari kelima tanda tersebut.

Bagaimana dengan poin kedua? Apakah orang-orang percaya hari ini, di abad 21 ini, melakukan tanda-tanda ini? Kelompok kharismatik mengklaim demikian, tetapi ternyata klaim mereka bersifat selektif. Biasanya, kaum kharismatik lebih ingin menonjolkan tanda pertama, kedua, dan kelima, yaitu: mengusir setan, bahasa baru, dan penyembuhan. Tidak banyak (walaupun ada) yang mau menyinggung tanda ketiga dan keempat: memegang ular dan minum racun maut. Tetapi sebenarnya, kalau mereka mau konsisten, maka tanda ketiga dan keempat ini juga harus menyertai mereka. Memang ada kelompok-kelompok kecil yang mengadakan pemegangan ular dalam acara kebaktian, tetapi beberapa tahun terakhir ini malah menjadi berita karena ada beberapa yang mati setelah tergigit ular. Terakhir, Jamie Coots (Februari 2014), seorang pengkhotbah Pantekosta yang bermain ular sebagai bagian dari kebaktiannya, mati setelah digigit salah satu ular yang dia pegang. Hal ini sama sekali tidak memuliakan Tuhan, sebaliknya mempermalukan kekristenan secara keseluruhan, karena orang-orang sekuler menyamakan semua orang Kristen dengan kelompok yang salah menafsir Alkitab itu.

Respons standar dari kaum kharismatik jika diperhadapkan kepada hal ini adalah bahwa orang-orang tersebut mencobai Tuhan. Mereka berkata bahwa janji dalam Markus 16 tidak mengizinkan kita untuk sengaja minum racun, ataupun sengaja bermain ular berbisa. Ya, memang penjelasan ini bisa saja diterima, walaupun teks sendiri tidak memberikan syarat-syarat agar tanda-tanda ini menyertai (juga tidak ada syarat bahwa ini hanya untuk penginjilan). Tetapi kaum kharismatik tetap tidak bisa mengabaikan tanda ketiga dan keempat ini sama sekali. Jika memang semua orang percaya harus memiliki tanda-tanda ini, maka tidak boleh ada orang Kristen yang mati digigit ular secara tidak sengaja (yang bukan mencobai Tuhan), atau yang mati diracun oleh orang lain (bukan yang minum racun sendiri untuk mencobai Tuhan). Jelas bahwa realita tidak mendukung penafsiran ini. Orang-orang Kristen yang digigit ular secara tidak sengaja, ternyata menderita celaka, sama seperti orang non-Kristen. Demikian pula mereka yang terkena racun (apakah racun buatan manusia, ataupun racun alami), menderita sakit sama seperti orang non-percaya. Padahal janji dalam Markus 16 berkata: “tidak akan mendapat celaka,” yang lebih luas dari sekedar mati. Jatuh sakit saja sudah termasuk celaka. Janji ini menggaransi si peminum racun untuk tidak sakit sedikit pun.

Ada juga kalangan kharismatik yang mencoba untuk mengecilkan tanda ketiga dan keempat dengan cara mengatakan bahwa Markus 16:17-18 tidak menjanjikan kelima-limanya tanda tersebut pada semua orang. Mereka berkata bahwa setiap orang percaya hanya perlu satu saja dari kelima tanda ini. Tetapi ini pun tidak sesuai dengan kenyataan. Buktinya, ada banyak orang Kristen di dunia ini (mayoritasnya bahkan), yang tidak pernah menyembuhkan orang, berbahasa lidah, mengusir setan, apalagi digigit ular atau minum racun maut. Mungkin ada yang berdalih bahwa banyak orang yang disebut “Kristen” bukanlah orang percaya sejati yang menerima janji Yesus ini. Saya setuju bahwa banyak orang “Kristen” bukanlah Kristen sejati. Tetapi, ini tidak menghilangkan fakta bahwa ada banyak orang Kristen/percaya sejati yang tidak pernah mengalami satupun dari kelima tanda dalam Markus 16 ini. Minimal yang saya tahu persis adalah diri saya sendiri, keluarga saya, dan orang-orang Kristen lain yang saya kenal pribadi. Apakah semua orang Kristen yang saya kenal adalah orang Kristen palsu? Ini sangat tidak masuk akal.

Selain itu, penafsiran bahwa janji Yesus dalam Markus 16:17-18 mengacu kepada semua orang percaya, menjadikan tanda-tanda ini sebagai suatu tes keselamatan seseorang. Dengan demikian, jika seseorang memperlihatkan tanda-tanda ini, maka ia adalah orang percaya dan diselamatkan, tetapi jika tidak, maka ia orang yang tidak diselamatkan. Tetapi ini bertentangan dengan bagian Firman Tuhan lain. Surat 1 Yohanes, misalnya, yang ditulis antara lain untuk memberi keyakinan keselamatan bagi orang-orang percaya, mengatakan bahwa bukti keselamatan kita bukan dari tanda-tanda ajaib, tetapi dari karakter kita (1 Yoh. 2:3, 9; 3:9) dan hubungan kita dengan Tuhan (1 Yoh. 5:13). Tidak pernah dalam Alkitab ada sedikitpun petunjuk bahwa tanda-tanda ajaib bisa menjadi semacam “tes litmus” untuk menguji iman seseorang.

Bukan hanya itu saja, klaim Kharismatik bahwa mereka sedang menggenapi tanda-tanda ini melalui fenomena “bahasa roh” dan berbagai KKR kesembuhan yang terjadi hari ini, ternyata sulit dipertahankan. “Bahasa roh” yang terjadi di kalangan kharismatik bukanlah bahasa, melainkan hanyalah bunyi-bunyi yang tidak beraturan. Fenomena ini juga mudah sekali ditiru, dan sama sekali tidak seperti yang terjadi pada hari Pentakosta. Pada waktu itu, Rasul-Rasul berbicara bahasa asing yang belum mereka pelajari sebelumnya. Bukan itu yang terjadi hari ini, sehingga klaim kharismatik juga gagal.

Jadi, karena penafsiran bahwa janji Yesus dalam Markus 16:17-18 berlaku bagi semua orang percaya ternyata tidak dapat dipertahankan, kita patut bertanya apa pengertian yang sesungguhnya dari perikop ini? Satu-satunya solusi adalah bahwa janji ini bukan ditujukan kepada semua orang percaya di segala zaman, melainkan TERBATAS kepada orang percaya tertentu saja. Hal ini ternyata didukung oleh konteks.

Pertama, kita harus melihat, kepada siapakah Yesus sedang berbicara? Ayat 14 memberitahu kita bahwa Yesus sedang berbicara kepada sebelas Rasul (minus Yudas Iskariot yang sudah mati), dan bahwa sebagian mereka tadinya masih belum percaya penuh akan kebangkitan Yesus. Jadi, janji tentang tanda-tanda ini secara spesifik diberikan kepada 11 Rasul itu. Bisa saja ada orang lain yang juga menunjukkan sebagian tanda-tanda ini, tetapi hanya 11 Rasul yang dijamin untuk memilikinya. Ini konsisten sekali dengan catatan sejarah orang Kristen mula-mula yang dikanonkan di dalam Kisah Para Rasul. Berulang kali Lukas mencatat bahwa “tanda-tanda” dilakukan oleh para rasul (Kis. 2:43, 5:12), atau orang-orang yang bekerja di bawah pimpinan Rasul (Barnabas dan Paulus – Kis. 14:3; Filipus – Kis. 8:13; dan Stefanus – Kis. 6:8).

Kedua, kita menemukan di ayat 20, bahwa tanda-tanda ini diberikan oleh Tuhan untuk meneguhkan dan menyertai FirmanNya. Ini bukan berbicara mengenai penginjilan atau khotbah biasa, karena kalau demikian setiap kali ada orang percaya yang menginjil akan ada tanda. Padahal, ada banyak penginjilan yang tidak disertai tanda-tanda. Firman yang dimaksud di ayat 20 adalah proses pewahyuan, yaitu penulisan Perjanjian Baru yang dilakukan oleh rasul-rasul dan para penuls PB. Di abad pertama, Tuhan sedang menuliskan FirmanNya untuk menjadi standar kebenaran di segala zaman. Tuhan memakai manusia, terutama Rasul-RasulNya untuk menulis Perjanjian Baru itu. Oleh karena itulah Tuhan memberikan kepada Rasul-Rasul karunia-karunia khusus yang menjadi ciri khas Rasul (2 Korintus 12:12). Hal ini cocok dengan apa yang dikatakan oleh penulis Ibrani:

bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.” Ibrani 2:3-4


Teks dalam Ibrani memberitahu kita bahwa Allah meneguhkan kesaksian para saksi mata (para Rasul) dengan tanda-tanda dan mujizat-mujizat. Rasul mendapat karunia ini karena peran mereka yang krusial sebagai saksi mata hidup Yesus, tetapi terutama kebangkitanNya, dan juga pewahyuan yang Tuhan berikan kepada mereka.
Sebagai kesimpulan, janji dalam Markus 16:17-18, di lihat dari konteks perikop yang lebih luas, tidak ditujukan kepada semua orang percaya di segala zaman, tetapi terbatas di abad pertama, saat pewahyuan Perjanjian Baru berlangsung, terutama kepada para Rasul. Oleh karena itu, tanda-tanda ini sudah tercatat digenapi oleh Tuhan dalam Kisah Para Rasul.

Sumber:Dr Steven Liauw.D.R.E.Th.D

Paus Bergabung dengan Kharismatik, Menyerukan Gereja Esa Sedunia

Dalam sebuah video informal sepanjang tujuh menit yang sudah ditaruh di YouTube, Paus Fransiskus menyerukan persatuan semua orang Kristen. Konteksnya bahkan lebih informatif lagi bagi kita. Video tersebut direkam dari sebuah smartphone milik uskup Anglikan Episkopal, Anthony Palmer, seorang kharismatik, ketika ia mengunjungi Vatikan baru-baru ini. Palmer telah mengenal sang paus sejak dia masih menjabat sebagai uskup agung di Argentina. Klip video tentang sang paus itu direkam untuk diputar di konferensi gembala-gembala Pantekosta yang diusung oleh Kenneth Copeland, seorang pengkhotbah yang penuh dengan kesesatan, yang jatuh ke lantai dan tertawa histeris sambil “mabuk dalam roh.” Paus mengatakan bahwa semua orang Kristen bersalah karena tidak bersatu, dan bahwa Allah telah memulai mujizat persatuan Kristiani dan akan menyelesaikannya.

Dalam komentarnya dalam acara Copeland itu, sebelum video itu diputar, Palmer memperlihatkan bahwa dia adalah seorang pembangun gereja esa-sedunia yang bersemangat dan efektif. Dia memberikan kesaksian pribadi tentang pengalaman pertobatan, dan berkata bahwa dia percaya keselamatan adalah melalui kasih karunia Allah saja, dan bicaranya baik dan menarik. Tetapi dia sangatlah tertipu. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut yang dibuat Palmer sebelum video Paus diputar: “Saya datang malam ini dalam roh Elia, yaitu roh rekonsiliasi. …Saya telah memahami bahwa keberagaman itu dari Allah; tetapi perpecahan itu dari Iblis. …Adalah kemuliaan yang menyatukan kita, bukan doktrin. Jika kamu menerima bahwa hadirat Allah ada dalam saya dan hadirat Allah ada dalam kamu, hanya itu yang kita perlukan. Allah akan menyelesaikan masalah doktrin kita ketika kita naik ke Sorga. …Perpecahan merusak kredibilitas kita. …Saya percaya kita akan melihat lebih banyak orang berangkat masuk ke gereja-gereja dalam roh Elia. Kita perlu memberikan sumber daya dan energi kepada pelayanan rekonsiliasi sebanyak yang kita berikan kepada penginjilan. Saya menantang kamu untuk menemukan seorang yang membangun jembatan dan mendukung dia.”


Tidak ada hal yang lebih berbahaya dan tidak alkitabiah selain menggantikan doktrin Alkitab dengan pengalaman sebagai dasar persatuan. Inilah inti dan jantung dari kesalahan kharismatik, dan sekarang kita melihat hal ini diusung oleh Paus Roma sebagai fondasi dari gereja esa-sedunia. Dalam seruannya untuk persatuan, Palmer sama sekali tidak mengatakan apa-apa tentang kesesatan dalam kepausan, keimamatan mereka, sakramentalisme, “baptisan” bayi, doktrin lahir baru melalui baptisan, misa, penyembahan Maria, purgatori, santo-santa, doa untuk orang mati, kebiaraan, monastikisme, dan banyak kesesatan lainnya. Dia tidak mengatakan apa-apa tentang kesesatan Word-Faith-nya Copeland. Dengan filosofi “rekonsiliasi Elia” yang dia usung, semua itu tidak ada artinya selama seseorang mengasihi “Yesus,” percaya “Injil,” dan memiliki “roh.” Kita tidak diperbolehkan untuk menguji Yesus APA, Injil APA, atau Roh APA. Pengujian seperti itu akan merusak kesatuan dan membawa kita kembali kepada perpecahan, yang kita diberitahu, berasal dari Iblis.


Betapa penipuan rohani yang hebat! Betapa dekat kedatangan Tuhan! Tidak heran Tuhan Yesus memperingatkan bahwa guru-guru palsu akan menjadi sedemikian licik sehingga “sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga” (Mat. 24:24). Jangan tertipu, satu ayat berikut ini saja menghancurkan seruan untuk persatuan akhir zaman yang tidak mengindakan doktrin: “Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku bersungguh-sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus” (Yudas 3).


  sumber: www.wayoflife.org

Keduniawian Para Penulis “Himne Modern”

Keith Getty dan Stuart Towned, yang telah bersama menulis banyak “himne modern” yang populer, yang dipakai di berbagai macam gereja, mulai dari Katolik hingga Baptis fundamental, berdiri dengan satu kaki di dunia sambil mereka menulis tentang Allah yang maha kudus. Dalam sebuah wawancara bulan Juli 2013, Getty menyebut rocker Sting yang immoral, dan rocker Elton John yang homoseksual secara positif, tanpa adanya peringatan sedikit pun. Wawancara itu dilakukan oleh Dan Wooding dari Assist Ministries dan disiarkan di Frontpage Radio dari Nashville. Townend tanpa rasa malu sedikit pun mendaftarkan orang-orang yang mempengaruhinya dalam bidang musik, seperti rocker Eminem dan Bernie Taupin. Seperti yang dikomentarkan oleh Jeff Royal, “Townend tidak memberikan peringatan apapun tentang pengaruh musik yang ia daftarkan. Taupin, contohnya, menulis banyak lagu bagi Elton John yang homoseksual dan adalah salah satu alasan kesuksesannya (Elton). Rapper Eminem telah melakukan kerusakan yang tidak terhitung terhadap orang-orang muda, dan sama sekali tidak ada peringatan.

Keluarga Getty mendaftarkan Beatles sebagai pengaruh musik besar, dan dalam album studionya tahun 2013, Monument to Mercy, Townend “mengangkat topinya terhadap pengaruh Paul McCartney dan Beatles.” Tidak ada kelompok rock yang memiliki pengaruh anti-Allah yang lebih besar terhadap masyarakat modern selain kelompok Beatles. Kelompok Beatles telah mengacungkan kepalan tinju mereka terhadap Allah mahakuasa dan hukum-hukum kudusNya sejak hari pertama mereka membentuk band itu. Mempromosikan para rocker sekuler dalam pengertian apapun berarti ikut berpartisipasi dalam kejahatan mereka dan membuat diri sendiri musuh Allah. 

“Hai kamu, orang-orang yang tidak setia! Tidakkah kamu tahu, bahwa persahabatan dengan dunia adalah permusuhan dengan Allah? Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah” (Yakobus 4:4).

“Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu” (Efesus 5:11).

 Jembatan apapun yang dibangun oleh gereja-gereja yang percaya Alkitab kepada Townend dan Getty adalah jembatan yang menuju dunia rock sekuler yang mereka cintai dan rekomendasikan dan kepada “gereja” esa-sedunia yang mereka wakili. Namun demikian, banyak gereja Baptis independen atau fundamental yang mulai memasukkan lagu-lagu mereka ke dalam buku himne mereka. 

 sumber: www.wayoflife.org

Lahir Baru

Orang-orang percaya bukan sekedar orang-orang baik, tetapi lebih dari itu, mereka adalah-manusia baru. C. S. Lewis dalam bukunya Mere Christianity, meminjam dua kata yunani untuk membedakan dua jenis kehidupan: Bios dan Zoe. Bios merupakan bentuk kehidupan yang dimiliki oleh setiap orang, yaitu kehidupan biologis yang dipertahankan dengan makanan, air dan udara, tetapi pada akhirnya akan berakhir dengan kematian kekal. Sedangkan Zoe, merupakan kehidupan rohani, yaitu jenis kehidupan yang diberikan Allah ketika kita dilahirkan kembali yang berlangsung selamanya. Kedua jenis kehidupan ini bukan saja berbeda, bahkan berlawanan satu sama lain. Bios pada dasarnya merupakan suatu kehidupan yang berpusat pada diri sendiri, sedangkan Zoe merupakan suatu kehidupan yang berpusat pada Allah dan pada orang lain.

Regenerasi adalah kata lain dari kelahiran kembali. Regenerasi adalah kelahiran ke-dua, yang berbeda dengan kelahiran pertama. Kelahiran pertama terjadi melalui orangtua berdosa; kelahiran ke-dua berasal dari Allah. Kelahiran pertama terjadi melalui bibit tercemar dari orangtua, tetapi kelahiran ke-dua terjadi melalui bibit yang tidak tercemar, Firman Allah (1Pet. 1:23). Kelahiran pertama adalah produk daging; kelahiran ke-dua adalah produk Roh, dimana Roh Kudus memberikan hidup kepada pendosa yang percaya, sebagaimana sang ibu memberi hidup kepada bayi yang baru lahir (Titus 3:5).

Definisi Regenerasi
Kata regenerasi dalam bahasa Yunani ,yaitu palingesia, yang semata-mata berarti “pembaruan”, “tindakan atau proses digenerasi atau dijadikan ulang.” Tindakan tersebut mengubah kita secara fundamental. Dengan kata lain, kita adalah “kreasi” baru dalam Kristus. Akan tetapi kata ini telah disalah artikan oleh sebagian orang.

Regenerasi bukanlah suatu Legalisme. Jangan pernah berpikir bahwa dengan berusaha menaati hukum-hukum Allah dan berpegang teguh pada hukum itu, itu berarti Anda telah dilahirkan kembali. Jika regenerasi sebatas itu maka semua orang bisa melakukannya tanpa Roh Kudus. Konsep yang salah ini telah menyesatkan banyak orang Kristen. Menaati hukum dan peraturan demi mendapat perkenaan Allah bukan ajaran Alkitab. Kelahiran kembali adalah perubahan dari dalam yang dikerjakan oleh Allah dalam hidup kita. Perubahan tersebut menggerakkan kita untuk menaati Allah karena apa yang telah Allah kerjakan dalam hidup kita, bukan agar Allah melakukan sesuatu dalam kehidupan kita.

Regenerasi bukanlah agama. Memang regenerasi hanya ditemukan dalam kekristenan, tapi bukan berarti semua orang yang beragama Kristen sudah pasti lahir baru. Yesus pernah bertemu dengan seorang pemimpin agama Yahudi, yakni, Nikodemus (Yoh. 3). Dia seorang farisi yang taat dan sangat bermoral. Tetapi Yesus menyuruhnya untuk dilahirkan kembali. Boleh jadi Anda beragama Kristen, Anda rajin bergereja, Anda bermoral tinggi dan paham tentang ajaran-ajaran pokok Alkitab, namun Anda belum dilahirkan kembali.

Regenerasi bukanlah gaya hidup baru. Regenerasi atau kelahiran kembali tidak sama dengan aktifitas baru, kebiasaan baru atau gaya hidup baru, meskipun kelahiran kembali membawa dampak besar pada gaya hidup kita. Perubahan lahiriah belum tentu menunjukan bahwa seseorang telah dilahirkan kembali. Konsep yang salah tentang kelahiran baru adalah semakin seseorang tampak ketimuran, hal itu menunjukan bahwa ia telah lahir baru.

Regenerasi bukan Baptisan. Regenerasi mendahului baptisan. Tidak pernah tercatat dalam Alkitab ada orang yang dibaptus agar dilahirkan kembali atau diselamatkan. Dalam Alkitab, mereka yang dibaptis adalah orang-orang percaya yang telah dilahirbarukan(Kisah. 2:37:41; 8:36-37).

Regenerasi adalah Kelahiran Baru. Regenerasi adalah permulaan kehidupan rohani yang baru, yang ditanamkan di dalam diri kita oleh Roh Kudus dengan mengubah hati kita sehingga kita yang dahulunya mati secara rohani menjadi hidup, dan sekarang berkemampuan dan berkehendak untuk melakukan perubahan-perubahan hidup.

Regenerasi adalah Ciptaan Baru. Siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang”(2Kor. 5:17). Frase untuk “ciptaan baru”, menunjuk pada “pembaharuan roh atau hati” yang dikerjakan Allah dalam hidup. Hal ini bukan penciptaan ulang, sebab pada saat kita dilahirbarukan, kemanusiaan kita tetap dan tidak berubah. Yang berubah dalam hidup orang yang lahir baru adalah hati atau roh. Hati kata amsal adalah sumber kehidupan. Ketika hati ubahkan maka keseluruhan hidup akan mengikutinya. Kata Yunani untuk “ciptaan baru” memiliki gambaran: sebuah kayu biasa yang diubah oleh seorang pemahat menjadi perabot yang indah dan mahal. Itulah yang terjadi pada seseorang yang dilahirkan kembali.

Studi Kata
Kitab yang paling banyak berbicara mengenai kelahiran kembali dalam Alkitab adalah injil Yohanes. Pasal 1:13, Alkitab menggunakan kata “diperanakkan.” Perhatikan pasal 3:3, Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali” (atau lahir “dari atas,” gennēthē anōthem). Kata gēnnethē berarti “memperanakkan” atau “dilahirkan.” Dan kata anōthem secara harafiah berarti “dari atas”; kata ini juga dapat berarti “kembali, lagi” atau “baru.” Jadi, kata yang tepat untuk regenerasi atau kelahiran kembali adalah “lahir dari atas”, suatu “kelahiran dari sorga” yang berbeda dengan kelahiran biasa yang berasal dari dunia. Dan bentuk aorist dari kata kerja gennēthē yang dipakai, menunjukan bahwa kelahiran baru ini merupakan kejadian tunggal, yang terjadi sekali untuk selamanya.

Ada 3 sifat yang hakiki dari regenerasi atau kelahiran kembali yang alkitabiah:
  • Regenerasi merupakan perubahan yang terjadi sekali dan seketika. Regenerasi bukan suatu proses bertahap seperti pengudusan yang progresif.
  • Regenerasi merupakan perubahan yang supernatural. Perubahan ini hanya dikerjakan oleh Allah sendiri tanpa bantuan manusia. Kuasa Allah yang ajaib menghidupkan atau menciptakan kembali pendosa agar hidup kembali. Ketika kita bertobat, secara supernatural Allah membangkitkan kita dari kematian rohani kepada kehidupan rohani.
  • Regenerasi merupakan perubahan yang radikal. Karena istilah “radikal” berasal dari kata Latin untuk “akar” (radix), maka ini berarti regenerasi merupakan suatu perubahan pada akar natur kita. Seseorang yang diregenerasi mendapatkan kehidupan rohani yang ditanamkan Allah dalam hidupnya, dan kehidupan rohani ini melahirkan perubahan menyeluruh dalam pribadi orang tersebut. Regenerasi yang dilakukan Allah secara ajaib merupakan perubahan total atau menyeluruh.
Mengapa Harus dilahirkan Kembali
Setiap orang harus dilahirkan kembali. Mengapa? Semua manusia telah mengalami kematian rohani (Ef. 2:1) dan telah melakukan dosa (Roma 3:23). Di Taman Eden, Allah telah memperingatkan Adam dan Hawa, “Pada hari engkau memakannya, (buah dari pohon pengetahuan) pastilah engkau mati (Kej 2:17). Dan mereka memang mati. Untuk pertama kali menjadi sangat malu, dan mereka mencoba melarikan diri dari Tuhan. Mereka diusir dari Taman, pikiran mereka menjadi gelap, hubungan dengan Tuhan putus, komunikasi mereka dengan Tuhan rusak. Sejak saat itu semua manusia harus mengalami kematian jasmani. Dan akhirnya, manusia akan mengalami kematian kekal di neraka (Roma 5:12). Manusia telah mengalami kerusakan yang sangat parah. Dosa telah merusak system dan paradigma manusia. Kecenderungannya ingin selalu melakukan dosa. Egois, sombong dan mementingkan diri sendiri. Keadaan manusia digambarkan jelas dalam Roma 1:18-32. Kondisi inilah yang menjadi alasan bahwa setiap orang harus dilahirkan kembali. Tanpa kelahiran baru, kita tidak akan pernah melihat sorga (Yoh. 3:5).
Tidak ada satu orang pun yang dapat mengubah keadaan ini. Sebaik apapun dan sesaleh apapun Anda di dunia, Anda tetaplah orang mati (Yes. 64:6). Usaha, amal, dan kebajikan dalam bentuk apapun tidak dapat mengubah status kita (baca: Yer. 13:23). Hanya Tuhan yang dapat mengubah kerusakan ini. Hanya Tuhan yang dapat menghidupkan kehidupan rohani yang mati, hati yang rusak dan pikiran yang gelap ini dengan cara melahirbarukan manusia tak kala manusia merendahkan diri bertobat dari dosa-dosanya dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Bagaimana Kita Dilahirkan Kembali ?
Manusia tidak dapat meregenerasikan diri sendiri. Dilahirkan dari atas dikerjakan oleh Allah. Pertayaanya, pada saat apa kita mengalami peristiwa supernatural ini? Dalam Injil Yohanes 3:14-16, Yesus mengingatkan Nikodemus tentang kisah Perjanjin Lama bagaimana Musa meletakkan ular tembaga di atas sebuah tiang dan mengundang mereka yang mendapat penyakit mematikan untuk memandang ular itu. Jika mereka menerima undangan Musa dengan memandang ular tembaga di atas tiang, tindakan iman itu akan menyelamatkan mereka.
Bisa dibayangkan apa yang terjadi pada hari itu di padang gurun. Banyak orang mengeluh, mengatakan bahwa undangan itu tidak masuk akal, tidak logis dan bertentangan dengan ilmu kedokteran. Bagaimana mungkin memandang ke seekor ular tanpa menyentuh ular tembaga itu, penyakit mematikan disembuhkan? Bagaimana mungkin hanya dengan percaya atau beriman kita dilahirbarukan dan diselamatkan? Itulah yang dilakukan Allah kepada orang yang menanggapiNya dengan iman. Undangan Allah di zaman ini masih tetap sama, yakni barangsiapa yang percaya kepadaNya tidak akan binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (ayat 16). Barang siapa yang tidak percaya akan dihukum (ayat 18).
Allah menghidupkan orang-orang berdosa yang menerimaNya sebagai Juruselamat yang mati menggantikan mereka di kayu salib, yang telah membayar sumua dosa-dosa mereka dan menerima pengampunan penuh atas semua dosa-dosa mereka serta bersedia hidup bagi Kristus. Itulah iman, yang di dalamnya ada pertobatan. Pada saat Anda beriman regenerasi terjadi, Anda dilahirkan kembali, hati Anda diperbaharui, benar-benar baru.
Kita yang mengalaminya tidak melihat apa-apa, tapi kita dapat merasakannya dan orang lain menyaksikannya (Yoh. 3:8). Perubahan itu terjadi dari dalam, kemudian menampakkan diri ke luar.  Artinya, kelahiran baru itu bisa dilihat. Ada dampak yang ditimbulkan dari dalam. Dampak kelahiran baru dapat kita lihat dari tutur kata, tingkah laku, dan perbuatan-perbuatan. Alkitab berkata, pohon yang baik menghasilkan buah yang baik pula (Mat. 12:33).
Mungkinkah pohon mangga mengeluarkan buah duren? Mungkinkah orang yang telah dilahirkan kembali suka menjelekkan orang lain, tidak suka mengampuni, dan tidak mau dinasehati? Mungkinkah orang yang mengaku lahir baru hidup dalam amarah? Orang yang telah dilahirkan “dari atas” mengeluarkan tutur kata yang santun, sikap yang rendah hati, kasih yang tulus iklas, penuh belas kasihan dan relah mengampuni, serta perbuatan moral yang terpuji (baca: Efesus 4:22-32). Dan semua itu berasal dari hati yang telah diperbaharui oleh Roh Kudus.
Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. 2 Korintus 5:17

By: Ps. Alki F. Tombuku

Sumber:
Alkitab (LAI)
Anthony Hoekema, Save by grace (Momentum)
Billy Graham, Dilahirkan kembali (LLB)
C.S. Lewis, Mere Christianity (Pionir Jaya)
Erwin Lutzer, Kehidupan yang kekal (Interaksara)
John Piper, Finally Alive (Pionir Jaya)
Suhento Liauw, Kapan saja saya mati, saya pasti masuk sorga (Graphe)
Singclair Ferguson, Kehidupan Kristen (Momentum)
Tonny Evans, Sungguh-sungguh diselamatkan (Interaksara)