Bayangkan, jika ada seorang ayah yang tersusupi nasehat teman-temannya yang jahat, bahwa anak-anaknya sesungguhnya bukan anak kandungnya dan sebaiknya ia tidak menyekolahkan mereka. Teman-teman pemaboknya menasehatinya demikian agar anak-anaknya tetap bodoh dan tidak bisa mengritik ayah mereka yang hidupnya berantakan dan tercela.
Karena filosofi hidupnya yang salah, dan cara hidupnya yang buruk, ia terjebak dalam nasehat tersebut. Ia tidak mengajarkan kepada anak-anaknya, yang sebenarnya adalah anak kandungnya, filosofi kehidupan yang baik dan sikap moral yang terpuji. Akibat jangka panjangnya ialah mereka akan turun-temurun hidup terbelakang dan tak bermoral.
Ayah yang memanipulasi anak-anaknya ini memberi mereka makan permen dan kue tar tanpa makanan padat. Anak-anaknya senang tanpa mengerti bahwa itu bukan makanan yang sehat. Mereka akan terus menerus bertingkah dan bersikap seperti anak-anak.
Gereja Tanpa Pengajaran Doktrinal
Saya yakin cerita di atas tidak pernah ada, oleh sebab itu saya pasang kata “jika”. Cerita di atas hanya ada dalam bentuk rohaninya saja, dan sangat nyata dalam bentuk kerohaniannya. Seorang Gembala Jemaat sesungguhnya dapat disamakan dengan posisi seorang ayah bagi anggota-anggota jemaatnya. Tuhan menempatkan posisi Gembala Jemaat seperti seorang gembala domba yang tiap-tiap hari menjaga dan menuntun domba-dombanya untuk mendapatkan rumput yang hijau dan air yang segar. Gembala yang baik tidak mungkin membiarkan domba-dombanya kelaparan dan kehausan. Ia akan dengan setia dan penuh usaha mencari rumput yang hijau dan air yang segar bagi domba-dombanya. Jika ada gembala yang sengaja menuntun domba-dombanya ke tempat yang tidak ada rumput dan tidak ada air, dapat dipastikan itu adalah musuh dari pemilik domba, bukan gembala yang setia, atau kemungkinan ia adalah gembala upahan yang tidak bertanggung jawab.
Saya pernah mendengar seorang Gembala Jemaat yang dalam keadaan setengah marah berkata bahwa di gerejanya tidak ada doktrin dan mereka tidak suka doktrin, dan ia tidak mau mengajarkan doktrin kepada jemaatnya. T entu saya terperanjat kaku sejenak dengan wajah yang sangat amat heran memandang kepadanya. Rupanya Gembala Jemaat tersebut termakan konsep yang salah (terhasut), seolah-olah doktrin adalah sesuatu yang jahat dan doktrin akan membuat kerusakan pada jemaatnya atau akan memecah belah keutuhan jemaatnya. Konsep yang salah tersebut telah membuatnya memutuskan untuk tidak mengajarkan doktrin kepada anggota jemaatnya, tanpa menyadari bahwa kata doktrin artinya pengajaran.
Menghasilkan Generasi Orang Kristen Bodoh
Akibat tidak memperhatikan perkara doktrinal, anggota jemaatnya tidak mengerti tentang pengajaran yang dapat memastikan mereka masuk Sorga. Anggota jemaatnya hanya diajarkan bahwa mereka perlu percaya kepada Yesus, bahwa Ia pernah hidup, bahwa Ia adalah Tuhan, maka mereka akan masuk Sorga. Anggota jemaatnya kebanyakan disuguhkan lelucon, lawak dan berbagai cerita pengalaman. Mereka dikhotbahi dengan khotbah-khotbah devosional di sekitar kehidupan sehari-hari yang hampir sama dengan pengajaran di TV yang dibawakan oleh “Moria Togu.” Sudah pasti anggota jemaatnya tidak mengerti tentang cara Adam dan orang-orang Perjanjian Lama masuk Sorga. Mereka juga tidak tahu apakah bayi dan orang yang lahir cacat mental mati akan masuk Sorga atau Neraka. Anggota jemaat-nya tidak tahu apa akibatnya jika mereka jatuh dalam dosa, misalnya berbohong atau berzinah. Apakah mereka akan tetap masuk Sorga jika mereka jatuh ke dalam dosa?
Tentu mereka lebih tidak tahu lagi tentang nasib orang-orang benar di zaman PL yang meninggal, apakah mereka langsung pergi ke Sorga atau harus menunggu kebangkitan Kristus? Anggota jemaatnya lebih tidak tahu lagi tentang Alkitab yang ada di tangan mereka. Mereka tidak tahu alasan mereka mempercayai tulisan Rasul Paulus sebagai firman Tuhan. Mereka lebih tidak tahu lagi mengapa Alkitab PL 39 kitab dan PB 27 kitab. Anggota jemaat mereka tidak tahu alasan kita tidak bisa menerima kitab-kitab Apokripa (deuterokanonika) yang gereja Katholik tempatkan di antara Maleakhi dan Matius sebagai firman Tuhan. Mereka lebih tidak tahu lagi siapa yang memasang pasal dan ayat pada Alkitab.
Kami dapatkan orang Kristen generasi ini adalah orang Kristen generasi terlantar karena “para ayah” mereka sengaja menelantarkan mereka, dan menghambat mereka menyerap pengetahuan. Berabad-abad lamanya Gereja Roma Katholik melarang umatnya membaca Alkitab dan bertanya. Kebanyakan orang Kristen tidak tahu sistem penggajian pelayan Tuhan yang sesuai Alkitab. Ketika orang Kristen bermimpi mereka tidak tahu masihkah boleh percaya kepada mimpi? Coba pembaca menguji diri sendiri, jika Anda orang Kristen, bahkan Kristen sejak lahir , berapa banyakkah Anda tahu tentang kekristenan yang Anda imani? Mengapakah ada banyak hal yang Anda tidak tahu? Sudahkah terjadi pembodohan pada dirimu?
Iblis Menyusup Ke Dalam Gereja
Dalam kitab Yudas, yang hanya satu pasal, ayat 4, “Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka.”
Iblis masuk menyelusup ke dalam kekristenan. Ketika iblis melawan dari luar, itu sama sekali tidak mendatangkan bahaya terhadap kekristenan. Tetapi ketika iblis menyelusup masuk, maka kekristenan dilemahkan dari dalam. Pendidikan theologi digantikan dengan filsafat. Penafsiran ayat Alkitab yang seharusnya literal digantikan dengan sistem alegorikal. Kurang-lebih seribu tahun, satu milenium, Gereja Roma Katholik mengungkung orang-orang Kristen, tidak memperbolehkan orang untuk bertanya. Efeknya bahkan masih terlihat hingga sekarang, dimana banyak umat Katholik tidak pernah berpikir kritis tentang iman mereka. Dan mereka memilih marah ketika orang lain mempertanyakan iman mereka.
Pada tahun 1517, Martin Luther mempertanyakan pengajaran GRK dengan memakukan 95 kesalahan GRK yang ditemukannya di pintu gereja Wittenberg. Sejak saat itu gerakan pencerahan dalam keimanan bergerak, dan GRK berusaha keras membungkam Luther.
Saat Luther memakukan dalilnya, John Calvin baru berumur 8 tahun, lahir 10 Juli 1509. Pada tahun 1534 Calvin merekomendasi dua orang wanita memasuki biara Katholik. Dua tahun kemudian, tahun 1536 ia menerbitkan buku terkenalnyaInstitutio Christianae Religionis. Inti pengajaran Calvin ialah bahwa Allah dalam kekekalan, dalam SATU DEKRIT telah menetapkan segala sesuatu, termasuk dosa. Ia menegaskan bahwa Allah menetapkan Adam jatuh ke dalam dosa, bahkan semua dosa serta kejahatan di muka bumi adalah ketetapan Allah. Apakah ini sebuah penyusupan ke dalam tubuh kekristenan yang sedang bersemangat untuk mencari kebenaran?
Setelah iblis tidak berhasil menghancurkan kekristenan dari luar lalu ia mengubah taktik dengan menyusup ke dalam, menjadi theolog, dan menawarkan theologi aneh untuk menghambat pergerakan penyebaran kebenaran ke berbagai bagian dunia?
Michael Servetus, seorang yang tidak percaya tentang Tritunggal, mengirim 30 pucuk surat mengritik pengajaran Calvin yang menguasai kota Geneva, namun Calvin tidak membalasnya. Suatu ketika Servetus ada keperluan ke kota Geneva, saat itu dia ditangkap dan dibakar hidup-hidup atas perintah John Calvin.
Jika orang Kristen hanya mendengarkan khotbah devosional dan penguraian filsafat, mana mungkin mengetahui hal-hal yang demikian. Akibatnya, ada orang yang mengunjungi gereja John Calvin puluhan tahun namun ia tidak tahu bahwa Calvin mengajarkan Allah telah menetapkan semua kejahatan di muka bumi. Kemudian, Charles Parham, William Seymour memunculkan sebuah gerakan untuk pembaptisan Roh Kudus, yang gulirannya hingga kini kita kenal dengan nama gerakan Kharismatik. Mengapakah disebut “kharismatik”? Jawabannya, karena penekanannya pada kharisma sang pemimpinnya. Mereka tidak perlu belajar theologi, mereka dari berbagai latar belakang, misalnya pengusaha apotik, kontraktor , pedagang, dan lain sebagainya, yang yakin memiliki kharisma untuk menarik perhatian, memukau orang, seperti Joel Osteen, maka mereka langsung menjadi inspirator bagi pengikut mereka. Orang-orang yang datang mendengarkan Joel Osteen jumlahnya seperti penonton sepak bola World Cup, dan isi khotbahnya, ya tentang kehidupan sehari-hari. Misalnya Suami harus setia kepada istri, dan istri harus menghormati suami, serta bagaimana menghormati dan menghargai orang lain. Kita pasti temukan pengajaran yang sama baik di vihara maupun di mesjid.
Ketika diwawancarai oleh Larry King di CNN, Joel Osteen tidak berani menyatakan dengan tegas bahwa Y esus Kristus adalah satu-satunya jalan untuk masuk Sorga. Gerakan Kharismatik mengambil model anti-doktrin dan anti-akal budi sambil menyerukan pengulangan peristiwa pencurahan Roh Kudus. Mereka tidak mau menelusuri Alkitab secara sistematis dengan akal budi. Padahal Tuhan menegaskan bahwa kita harus mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, dan juga dengan segenap akal budi kita. Akhirnya mereka memang dirasuki roh, namun roh apakah yang merasuki mereka? Kita tahu, tanpa Doktrin Keselamatan (soteriology) yang alkitabiah seseorang tidak mungkin dilahirbarukan di dalam Kristus. Dan tanpa kelahiran baru mustahil seseorang dimeteraikan oleh Roh Kudus (Ef.1:13). Lalu, roh apakah yang merasuki orang-orang yang tidak dilahirkan kembali di dalam Kristus itu? Seharusnya jika seseorang dimasuki Roh Kudus, yaitu Roh Kebenaran, atau Roh yang menginspirasikan Alkitab, maka orang tersebut akan semakin tertarik pada kebenaran Alkitab dan akan sangat antusias menyelidiki kebenaran Alkitab. Orang-orang yang memiliki Roh Kudus di dalam hati mereka akan senang membahas kebenaran Alkitab. Kalau ada kesenangan dan semangat penyelidikan Alkitab maka orang tersebut akan sangat memahami doktrin kekristenan yang alkitabiah. Bagaimanakah mungkin jika seseorang berkata bahwa ia dipenuhi Roh Kudus namun tidak mengerti doktrin kekristenan bahkan yang sangat sepele?
Keadaan-keadaan gereja akhir zaman sesungguhnya sedang menggenapi nubuatan Alkitab. Tuhan pernah berkata, “… jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” (Luk 18:8). Tuhan memberitahu kita keadaan kekristenan akhir zaman dengan memperlihatkan sikap pesimismeNya terhadap keadaan iman orang Kristen akhir zaman. Tuhan mengindikasikan pada saat menjelang kedatanganNya di bumi akan sulit ditemukan iman kekristenan yang murni dan benar . Bisakah kita lihat dan simpulkan, bahwa iman orang Kristen akhir zaman sedang dirusak. Kekristenan sedang dibawa ke dalam keadaan seperti seorang anak yang selalu diberi permen dan susu tanpa makanan padat? Kekristenan sedang diasuh oleh penyusup yang diselundupkan antiKristus. Sesungguhnya yang sedang terjadi di dalam kekristenan ialah usaha pendangkalan pemahaman. Ada usaha anti-Kristus untuk membuat orang Kristen menolak doktrin (pengajaran) yang solid namun sebaliknya menerima dongeng-dongeng nenek tua. ***
Sumber: Pedang Roh Edisi 76
Tidak ada komentar:
Posting Komentar